Suara Mahasiswa di Tengah Pandemi dan Prank Kemenag
Sumberpost.com | Banda Aceh – Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) mengeluarkan Surat Edaran terkait pengurangan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) akibat pandemi Covid-19 dengan besaran minimal 10%, Senin (6/4/2020) lalu.
Namun surat keputusan tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi setelah adanya surat edaran baru yang dikeluarkan pada Senin (20/4/2020). Surat tersebut berisi pembatalan kebijakan pengurangan UKT karena anggaran Kemenag dipotong sekitar 2 triliun rupiah.
Hal ini tentunya menuai kritikan dari mahasiswa PTKIN se-Indonesia. Mahasiswa merasa dipermainkan dengan kebijakan Kemenag. Beberapa tagar kemudian menjadi tranding di media sosial berupa Twitter dan Instagram. Salah satu tagar tersebut seperti #kemenagprank.
Seluruh lembaga mahasiswa UIN Ar-Raniry turut mengeluarkan kritikannya yang dituangkan dalam sebuah poster bertuliskan “Seluruh Lembaga Mahasiswa UIN Ar-Raniry mengucapkan selamat atas terpilihnya Kemenag sebagai pembuat hoax terbaik tahun 2020 yang bertema pengurangan UKT/SPP PTKIN”.
Poster tersebut diunggah dalam akun Instagram Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) @dema.uinarraniry dan telah dibagikan oleh sebagian mahasiswa di akun media sosial milik pribadi.
Tak hanya UIN Ar-Raniry Banda Aceh, beberapa Universitas Islam lainnya juga melakukan hal serupa. Dema UIN Jakarta misalnya. Sebuah video dengan keterangan “KEMENAG becanda nya gak lucu!! #DiPrankKEMENAG” diunggah oleh akun Instagram @demauinjkt_official dan telah ditonton 33 ribu lebih pengguna Instagram dengan 518 komentar.
Tak hanya itu, beberapa cuitan berisi kritikan juga dilakukan oleh sebagian mahasiswa di akun Twitter milik pribadi.
“Ikhlas dalam beramal, jangan hanya di jadikan selogan pak @Kemenag_RI
@PendisKemenag, kata maaf tidak cukup, harus dengan merealisasikan pemotongan UKT semester depan, pertimbangkan melemahnya ekonomi mahasiswa akibat COVID 19, atau cari solusi terbaiknya seperti apa! #kemenagprank,”
tulis akun bernama @toriqul_farhan.
Akun lainnya menyebutkan, “ternyata bukan PHK massal saja, PHP massal juga di rasakan dalam pendidikan Indonesia. #KemenagJagoPHP #kemenagprank,” tulis akun Kopitubruk @rendyyudaa.
Beberapa lainnya merasa, saat ini ekonomi sedang susah ditambah kuliah daring dengan paket internet yang harus diisi sendiri.
“Ekonomi seret. Daring cuma isi tugas. Paket internet beli sendiri. Pasang wifi pakek jual hp dulu. SK Pemotongan UKT alokasi Daring ditarik kembali. 2020 gagal THR. #KemenagJagoPHP #kemenagJagoPHP
@realDonaldTrump Jadilah kepala #Kemenag_RI tolong,” tulis akun @MasPur14103177.
Sementara itu, Presiden Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Reza Hendra Putra, terkait persoalan ini, dirinya merasa PTKIN seolah dianak tirikan oleh negara, mengingat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) justru mendapatkan penambahan dana.
“Kita merasa hari ini perguruan tinggi keagaaman Islam seolah dianak ditirikan oleh negara,” ujarnya Kamis (30/4/2020).
Sebuah tanda tanya besar bagi mahasiswa terkait pemotongan anggaran Kemenag. Padahal kementerian ini menaungi sejumlah lembaga pendidikan Islam. Mahasiswa berharap ada penambahan anggaran kepada Kemenag demi menunjang pendidikan di masa seperti ini.
Menurutnya, hal ini bukan hanya persoalan uang, tetapi juga tentang kemanusiaan. Seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih ke dunia pendidikan agar kualitasnya membaik, bukan malah membuat kebijakan yang sangat mengecewakan mahasiswa.
“Kita sadar hari ini seluruh pihak mengalami kesulitan dalam kondisi pandemi Covid-19. Mahasiswa menjadi pihak yang mengalami kerugian terbesar juga. Bayangkan keadaan perekonomian mahasiswa ditambah efek pandemi,” katanya.
Tak hanya itu, Reza berharap hal serupa dapat didengar juga oleh pimpinan UIN Ar-Raniry agar dapat menampung dan menyampaikan seluruh aspirasi mahasiswa terhadap Kemenag.
“Harapan kita pihak pimpinan UIN Ar-Raniry bersama mahasiswa dalam memperjuangkan haknya, dan tentunya pihak rektorat lah yang punya hak lebih dalam menyampaikan aspirasi kami ini ke Kemenag, semoga kampus biru ini selalu menjadi kampus yg pro terhadap mahasiswa dan masyarakat bawah,” katanya.
Reza menilai, setidaknya ada banyak dana untuk penanganan Covid-19. Tidak ada salahnya jika berharap agar sebagian dana tersebut dapat dialokasikan untuk dana pendidikan.
“Padahal dana untuk Covid-19 sangat banyak. Kita berharap dari dana tersebut juga ada alokasi untuk mahasiswa yang berdampak Covid-19 baik secara kesehatan maupun pendidikan,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, jika hal ini seharusnya dapat menjadi beban moral bersama untuk menyelamatkan pendidikan, terutama bagi mahasiswa yang punya mimpi ke depan. Kampus terutama rektor harus lebih peka akan hal ini.[]
Penulis : Uswatul Farida
Editor : Cut Salma H.A