Lebaran #DiRumahAja?
Sumberpost.com | Banda Aceh – Hmmm, tampaknya sudah bosan ya kalau membicarakan makhluk kecil yang hanya dapat dilihat dengan ratusan kali pembesaran? Sebut saja makhluk kecil tak kasat mata, tapi mematikan. Coba hitung, sudah berapa lama makhluk ini bermain di Indonesia? Malas rasanya menyebut namanya, tapi mau tidak mau, makhluk ini masih akan terus jadi objek utama setiap percakapan. Hingga hari, bulan, atau bahkan beberapa tahun ke depan – tapi semoga saja tidak ya -. Iya-iya dia ini si corona, akrabnya Covid-19.
Banyak yang berdoa sampai memperkirakan, katanya si corona ini akan habis sebelum Ramadan tiba. Tapi lagi-lagi kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi. Hingga hari raya tiba, Ramadan berganti menjadi Syawal, corona tidak juga pergi. Bahkan jumlahnya terus bertambah setiap hari. Tapi sebentar lagi kita akan menghadapi ‘New Normal’ loh!
Berbicara tentang Ramadan dan hari raya, apa yang kalian lakukan selama #DiRumahAja? Sudah ada pencapaian belum nih? Banyak yang memberi tips mengisi waktu luang selama ramadhan, dengan khatam Quran yang biasanya hanya satu kali, bertambah jadi dua kali, misalnya. Mencoba resep baru hidangan buka puasa, misalnya. Banyak misalnya-misalnya lain yang bisa dicoba.
Sampai di hari ketika kita kembali kepada fitrah seorang manusia. Hari Raya Idulfitri, namanya, kita sering menyebutnya dengan Lebaran. Puncak pencapaian seorang muslim setelah satu bulan berpuasa, kembali pada kesucian manusia. Tapi apa kita benar-benar suci ketika Idulfitri tiba? Jawabannya ada di dalam hati masing-masing, ya.
Yok kita bahas tentang Lebaran #dirumahaja. Mungkin lebaran tahun ini jadi salah satu hikmah dari adanya corona. Kenapa? Dahulu mungkin banyak yang berdoa agar bisa pulang ketika hari raya dan lebaran bersama keluarga. Tahun ini, Allah SWT kabulkan doa mereka. Dahulu juga mungkin ada yang bergumam ingin merasakan hari raya di tanah rantau tanpa keluarga. Allah SWT kabulkan juga doa mereka sekarang. Membersamai doa-doa lain yang dipanjatkan dan dikabulkan di tahun ini menjadi hikmah yang luar biasa.
Seharusnya lebaran tahun ini akan lebih sejuk terasa ketika masyarakat mematuhi aturan yang berlaku. Jikalau masyarakat memaknai dengan benar arti hari raya idulfitri. Namun nampaknya masyarakat masih terbawa tradisi di mana lebaran harus dengan baju baru dan berada di kampung halaman. Tidak sedikit kemudian pasar-pasar swalayan dipenuhi pengunjung yang rela berdesakan demi sepotong baju lebaran. Tentu melanggar peraturan, bukan? Belum lagi masyarakat yang nekat pulang kampung atau mudik demi lebaran bersama keluarga di kampung halaman. Alih-alih bersuka cita merayakan Idulfitri, yang ada membuat beberapa pihak kewalahan dan cemas. Padahal teknologi sudah dibuat sedemikian canggih, hingga tanpa berkumpul pun, tatap muka dapat dilakukan melalui aplikasi dalam sebuah gawai.
Bagaimana tidak, setelah rentetan pemberitaan yang membuat mata gatal karena perilaku masyarakat. Pemerintah juga tidak henti-hentinya berperilaku konyol dan membuat keputusan lucu. Semua pemberitaan di media rasanya membuat telinga gatal dan mata perih. Sebab, tidak ada satupun pemberitaan yang bernada menenangkan. Selain menakut-nakuti, menambah kecemasan, hingga membuat si mulut selalu ingin ‘julid’.
Heran, kenapa masyarakat terlalu meremehkan? Kenapa juga Pemerintah seperti tidak serius menangani pandemi ini? Padahal, kalau saja masyarakat dan pemerintah bekerjasama, pandemi ini dapat diatasi. Di sisi lain, lebaran #dirumahaja bermakna sangat dalam. Ada banyak hikmah dan kesempatan baik yang dapat diambil dari Ramadhan tahun ini. Lebaran #DiRumahAja ini bisa menjadi refleksi diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Meminimalisasi kegiatan haha-hihi yang mengurangi makna idulfitri. Menjadi renungan untuk lebih menikmati hidup serta mempersiapkan bekal di akhirat. Bahkan, menurunnya sektor ekonomi juga menjadi salah satu refleksi religi, bahwa benar harta tidak dapat dibawa mati, hanya bekal amal ibadah yang dapat menolong.
Terdapat sekian banyak hal yang mesti disyukuri. Dari sekian banyak itulah, paling tidak salah satunya sudah kita syukuri. Paling tidak, lebaran #DiRumahAja memberi makna dan hikmahnya tersendiri kepada kita. Paling tidak, ketika pandemi ini berakhir, kita menjadi satu pribadi yang lebih baik dan lebih mencintai diri sendiri. Paling tidaknya lagi, menyesali perbuatan dan bertaubat adalah salah satu opsinya. Jadi, bagaimana lebaran #DiRumahAja versi kamu? Mau masuk golongan yang mana? Golongan BuzzeRp Pemerintah? Golongan ‘julid’-in Pemerintah? Atau golongan yang gak mau pusing? Silakan pilih golongan kalian sendiri ya! Terimakasih sudah lebaran #DiRumahAja! []
Ditulis oleh Erika Nofia Pransisca Permatasari, LPM Gemercik Universitas Siliwangi
Editor: Cut Della Razaqna