PSBB atau New Normal, Mana Lebih Efektif?
Mewabahnya pandemi Covid-19 di dunia masih belum terlihat ujungnya. Kapan pandemi ini berakhir masih terus dipertanyakan dari belahan dunia mana pun, termasuk Indonesia.
Rangkaian kebijakan pemerintah sebagai upaya memutus penyebaran Covid-19 terus dilakukan, Indonesia misalnya, mulai menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Semua aktifitas dibatasi, sekolah, kampus, pabrik, kantor, mall ditutup bahkan hingga tempat ibadah.
Semua lapisan diminta tetap berada di rumah dan saling menjaga jarak. Namun, seiring berjalannya waktu hal tersebut tetap tidak dapat menekan angka kasus yang terkena positif Corona.
Di waktu yang sama, ekonomi negara terkena dampaknya. Kasus Pemutusan Hak Kerja (PHK) meningkat, omset perusahan menurun, industri-industri terpaksa gulung tikar. Secara keseluruhan, PSBB dianggap gagal dalam memerangi Covid-19.
Tak hanya itu, PSBB yang tidak sesuai harapan kini akan digantikan dengan kebijakan baru. Mereka menyebutnya “New Normal”, yaitu kebiasan baru dalam masa pandemi dengan mengedepankan protokol kesehatan.
Masyarakat tidak diminta untuk memerangi Covid-19 dan mencoba untuk hidup berdampingan serta berdamai dengan virus yang telah memakan banyak korban jiwa tersebut.
Tentunya, reaksi masyarakat pun beragam. Ada yang menyambutnya dengan suka cita, kembali bekerja di kantor, kembali belajar di sekolah, ke mall, berpergian. Hal ini tentu dianggap dapat mengobati rasa bosan dan jengah setelah sekian lama mengurung diri di rumah.
Namun, apakah ini akan menjadi solusi yang tepat? Bertemu banyak orang dengan tetap menjalankan protokol kesehatan? jika PSBB saja bahkan gagal menekan kurva kasus positif Corona, hingga tetap melonjak naik.
Ini lebih tepatnya adalah solusi akan kejenuhan masyarakat selama ini. Secara logika, New Normal tidak akan dapat menekan kurva korban positif Covid-19 justru semakin menambah kasus dari hari ke hari.
Belum lagi mall-mall yang tetap dibuka meski menjalankan protokol kesehatan. Rasa-rasanya strategi New Normal ini akan berakhir tidak jauh dari PSBB, bahkan sangat memungkinkan jika nantinya berdampak lebih buruk pada kesehatan masyarakat
Menurut penulis, kebijakan PSBB lebih tepat ketimbang kebijakan new normal. Akan tetapi, alangkah baiknya, apabila pemerintah dapat lebih tegas akan kebijakan pembatasan sosial ini. Jika masih sama seperti sebelumnya, maka sama saja tidak mendapatkan hasil.
Jikalau kebijakan ini bisa dijalankan dengan maksimal, kemungkinan pembatasan sosial tidak berlangsung lama dan masalah ekonomi di Indonesia tidak berlanjut berkepanjangan.
Kita sudah seharusnya belajar dari negara-negara lain seperti Korea Selatan misalnya, mereka melakukan kebijakan New normal, namun negara tersebut tidak menduga bahwa akan datangnya gelombang kedua dari penyebaran virus Corona ini.
Sebaiknya Indonesia mempersiapkan gelombang kedua, ketiga bahkan bisa jadi seterusnya, terutama jika masih belum adanya vaksin.
Mari bersama melawan Corona. Please Stay at Home!
*Muhammad Rifqi, Penulis merupakan mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam UIN Ar-Raniry, dan juga anggota aktif UKPM Sumberpost bidang Desainer.