Pemetaan Potensi Desa Kuta Ujung, Serai Wangi Menjadi Komoditi yang Potensial Dikembangkan
Sumberpost.com | Banda Aceh – Dosen dan mahasiswa Prodi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Ar-Raniry melakukan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini diadakan pada 8 Maret 2021 dalam bentuk diskusi guna menggali potensi dari desa Kuta Ujung, kecamatan Kuta Panjang, Kabupaten Gayo Lues.
Dekan FEBI, Zaki Fuad dalam sambutannya menjelaskan, masih sangat banyak potensi dari desa Kuta Ujung yang dapat dimanfaatkan baik dari unit simpan pinjam, pertanian dan komoditas utama yaitu serai wangi. Serta menekankan harus adanya pemuda yang mampu memasarkan produk dari dalam desa ke luar.
“Masih sangat banyak potensi dari desa Kuta Ujung yang dapat di manfaatkan baik dari unit simpan pinjam, pertanian serta dari komoditas utama yaitu serai wangi dan harus adanya tiga atau beberapa pemuda yang mampu memasarkan produk dari desa ke luar baik secara langsung maupun tidak langsung,” katanya.
Dalam kegiatan ini di temukan data bahwa salah satu komoditas yang menjadi produk unggulan dari masyarakat desa Kuta Ujung adalah budidaya serai wangi yang kemudian diolah menjadi minyak atsiri.
Menurut pemaparan pengulu desa, Jamaluddin mengatakan, mayoritas penduduk desa Kuta Ujung 80% adalah petani dan serai wangi inilah yang banyak dibudidayakan.
“Penduduk desa Kuta Ujung adalah petani dan salah satu yang banyak dibudidayakan adalah serai wangi. Sekitar 430 ha lahan menjadi bagian dari desa ini. Hanya beberapa puluh persen saja yang digunakan sebagai lahan tempat tinggal, sisanya adalah lahan pertanian,” ujarnya
Budidaya serai wangi dikerjakan oleh masyarakat desa secara mandiri bagi yang memiliki modal dan lahan atau di lakukan secara berkelompok oleh masyarakat pada lahan yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Kampung (BUMK). Pola yang kedua ini merupakan salah satu bentuk ekspansi bisnis yang dilakukan oleh BUMK Kuta Ujung, bertujuan untuk menghasilkan pemasukan bagi BUMK dan membantu warga masyarakat yang membutuhkan. Hasil panen serai wangi kemudian disuling dan dijual kepada toke penampung sesuai dengan harga yang berlaku (biasanya merujuk ke harga pasaran yang berlaku di Medan)
Akan tetapi, saat ini yang menjadi kendala di dalam penjualan minyak hasil sulingan serai wangi ini adalah harga jual yang fluktuatif, oleh karena itu masyarakat setempat sangat berharap kepada pemerintah daerah Gayo Lues untuk dapat membuat kebijakan standarisasi bagi harga serai wangi sehingga petani tidak lagi merasa khawatir akan penurunan harga kedepan nantinya. [Rel]