Sejarah di Balik Puasa Tasu’a dan Puasa ‘Asyura Serta Keutamaannya
Sumberpost.com | Banda Aceh – Bulan Muharram adalah salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT. Di bulan ini, umat islam dapat mengerjakan ibadah sunnah seperti puasa Tasu’a dan puasa ‘Asyura.
Wakil Ketua Umum LDK 2017, Ulfa Khairurrahma menjelaskan, ada perbedaan antara puasa Tasu’a dan puasa ‘Asyura yaitu terletak pada tanggal pelaksanaannya.
“Jelas berbeda pada tanggalnya. Puasa Tasu’a dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram dan puasa ‘Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram,” jelas Ulfa.
Jauh sebelum Rasulullah berhijrah ke Madinah. Rasulullah sudah melakukan puasa di tanggal 10 Muharram atau yang biasa disebut puasa ‘Asyura.
Salah satu keutaman berpuasa di bulan Muharram yang disampaikan melalui hadits riwayat Imam Muslim yang berasal dari Abu Hurairah.
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Artinya: “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim)
Juga terdapat hadits lain yang berkaitan dengan puasa ‘Asyura adalah dari Aisyah ra.
Artinya: “Dari Aisyah ra, sesungguhnya orang-orang Quraisy biasanya berpuasa pada hari ‘Asyura. Rasulullah juga memerintahkan kepada umat untuk melakukannya Puasa ‘Asyura itu terlebih dahulu sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan.
Maka Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang ingin, berpuasalah dan barangsiapa yang tidak ingin, tinggalkanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ulfa menceritakan, Pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah di sana Nabi melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura, dan beliau bertanya: Hari apa ini? orang Yahudi menjawab, ini hari yang baik, hari yang agung dan pada hari ini Allah menyelamatkan nabi Musa dan Bani Israil dari musuh mereka. Oleh karena itulah nabi Musa as berpuasa pada hari itu. Dan akhirnya kaum Yahudi pun ikut berpuasa. Kata Ulfa Khairurrahma kepada Sumberpost.com, Rabu (18/8/2021).
Rasulullah saw kemudian mengatakan bahwa ia lebih berhak untuk mengikuti Musa dibandingkan dengan kaum Yahudi.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra bekata bahwa nabi telah bersabda: ‘Ketika Rasulullah berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa pada hari itu,’ para sahabat pun berkata: ‘Wahai Rasulullah sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.’ Kemudian Rasulullah saw berkata: ‘Insya Allah pada tahun yang akan datang kami akan menyertainya dengan berpuasa pada tanggal 9 Muharram.’
Namun, Nabi belum sempat melaksanakannya karena sudah diwafatkan oleh Allah swt. Dan tanggal 9 Muharram inilah yang kemudian disebut dengan puasa Tasu’a.
Keutamaan terbesar puasa
Tasu’a ini adalah supaya tidak menyerupai dengan puasa kaum Yahudi dan juga menyelisihi puasa mereka, sedangkan keutamaan dari puasa ‘Asyura yaitu menghapus dosa-dosa setahun yang lalu.
Ulfa juga menjelaskan bahwa puasa Tasu’a itu Rasulullah perintahkan kepada umatnya supaya tidak tasyabbuh (menyerupai) dengan kaum yahudi.
“Puasa Tasu’a ini dianjurkan supaya tidak menyamai dan menyelisihi dengan kaum Yahudi. Kalaulah Rasulullah masih punya umur panjang, rasulullah juga akan berpuasa Tasu’a dan puasa ‘Asyura,” lanjutnya.
Ulfa juga mengajak untuk berpuasa di tanggal 9 dan 10 Muharram. Puasa di 9 Muharram merupakan bentuk kehati-hatian kita agar tidak serupa dengan orang-orang Yahudi dalam hal puasa. Dan alangkah lebih baiknya jika puasa di tanggal 9 Muharram kemudian dilanjutkan dengan puasa ‘Asyura pada tanggal 10 Muharram.
“Makanya sekarang ummat meneruskan apa yang sudah Rasulullah sabdakan. Logikanya seperti seorang anak yang mampu mewujudkan mimpi besar orang tuanya yang sudah wafat. Apalagi ini antara umat dan Rasulnya,” tutupnya. []
Reporter : Raudhatul Jannah
Editor : Nurul Hidayah