Cerita Maba dan Serba-Serbi Kuliah Offline Setelah Pandemi
Sumberpost.com | Banda Aceh – Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry kini memasuki perkuliahan secara tatap muka (offline) setelah kuliah jarak jauh (online) berjalan sekitar satu tahun lebih. Meskipun begitu pilihan untuk berkuliah secara daring juga masih diterapkan.
Mahasiswa ditugaskan untuk memilih perkuliahan yang mereka inginkan. Lantas bagaimana komentar mahasiswa? apakah mereka lebih memilih perkuliahan offline atau online
Beberapa mahasiswa yang memilih berkuliah secara offline memberikan tanggapan positif atas keputasan tersebut. Terkhusus untuk mahasiswa baru (maba) angkatan 2021 yang baru saja masuk dunia perkuliahan.
Salah satunya pendapat yang dinyatakan oleh Erlina, mahasiswa prodi Pendidikan Teknologi Informasi. Lebih memilih perkuliahan offline, karena mudah memahami penjelasan dari dosen, sehingga materi mudah dipahami. Pada awal perkuliahan tatap muka cukup menyenangkan dan tidak ada kesulitan.
“Saya lebih menyukai perkuliahan secara offline daripada online. Awal perkuliahan cukup menyenangkan dan untuk saya pribadi tidak ada kesulitan tertentu dalam mencari ruang perkuliahan,” katanya.
Salsabila Gasua, mahasiswa prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, sangat bersyukur bisa berkuliah secara offline karena dapat memahami materi lebih lanjut.
“Sangat bersyukur bisa merasakan perkuliahan secara offline karena dapat memahami materi lebih lanjut,” tuturnya.
Selain itu, Khofifah, mahasiswa prodi Pendidikan Fisika mengatakan, saat mencari ruang kelas yang berbeda disetiap mata kuliah, menjadi tantangan tersendiri saat kuliah offline. Pasalnya ia sampai menghabiskan banyak waktu hanya untuk mencari ruang kuliah, bahkan sampai kesasar.
“Awal kuliah tatap muka ada sedikit kesulitan dalam mencari ruangan, kadang sampai nyasar keruangan orang, dan pertama nyari ruangan itu kadang sampai setengah jam karena tidak tau ruangan,” tuturnya saat dihubungi via WhatsApp Sabtu, (26/2/22).
Hal yang sama kerap dirasakan oleh Nurul Hikmah, mahasiswa prodi Pendidikan Fisika, ia mengatakan cukup sulit dalam mencari ruangan perkuliahan dikarenakan tidak adanya denah yang disediakan dan nama ruangan banyak yang tidak ada keterangan.
Tentu terasa sulit baginya, sehingga tidak bisa tepat waktu jika saat masuk kelas. Nurul juga merasakan kurangnya kesadaran mahasiswa tentang protokol kesehatan serta tidak tersedianya handsanitizer dan alat pengecek suhu tubuh.
“Cukup sulit dalam mencari ruang perkuliahan, tidak ada denah, nama ruangan yang random, sehingga bagi kami mahasiswa baru sangat sulit untuk tepat waktu. Protokol kesehatan di dalam ruangan sangat tidak memadai, selain tidak tersedia handsanitizer, kesadaran mahasiswa memakai masker sangat rendah,” jelasnya.
Mengingat banyaknya mahasiswa yang kesulitan dalam mencari ruang kuliah, tentu ada alternatif lain yang disediakan oleh kampus, seperti di fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) yang menyediakan pusat informasi, wadah untuk maba yang hendak masuk ruang perkuliahan maupun informasi lain tentang FTK.
Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dari Deartemen Kesejahteraan Mahasiswa membuka posko informasi di depan gedung FTK Gedung A UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Posko informasi tersebut dibuka sejak hari pertama perkuliahan, yakni Senin 21-24 Februari pukul 08.00-14.00 WIB.
Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan para mahasiswa FTK menemukan ruang kuliah dan tempat yang mereka tuju, terkhusus bagi angkatan 2021 dan 2020, namun tidak menutup kemungkin bagi angkatan lain dan prodi lain yang ada di UIN Ar-Raniry.
Sekretaris Departemen Kesejahteraan Mahasiswa (Kesmas), Muhammad Haikal mengatakan, posko ini dibentuk dari pengalaman tahun 2020 dan 2021 yang mana perkuliahan dan Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) banyak dilakukan secara virtual.
“Posko ini dibuat bedasarkan pengalaman tahun lalu, dimana PBAK dan perkuliahan secara virtual,” jelas Haikal. Selasa,(22/2/22).
Haikal juga mengatakan posko ini kurang berfungsi dikarenakan banyak dari mahasiswa yang belum tau, atau ada yang sudah tau namun malu bertanya. Sejauh ini hanya dua orang yang masih mendatangi posko tersebut.
“Saya sangat menyayangkan posko informasi ini kurang berfungsi, dimana banyak mahasiswa yang sudah mengetahuinya namun malu untuk bertanya. Sejauh ini, hanya dua orang mahasiswa yang mendatangi posko,” ujar haikal.
Sementara itu, ketua divisi Kesmas, Fachrul Muhammad Reja berharap, semoga program posko informasi tidak hanya dilaksanakan pada tahun ini tetapi tiap tahunnya harus dilaksanakan. Sebab berguna untuk memberikan informasi-informasi kepada mahasiswa maba (mahasiswa baru) khususnya.
“Saya selaku ketua depertemen kesmas, berharap semoga program posko informasi ini tidak hanya dilaksanakan tahun ini saja, karena berguna untuk memberikan informasi kepada mahasiswa baru (maba),” jelasnya saat dihubungi via WhatsApp.
Disisi lain, Putri Sheilla Fahlevi, mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam mengatakan, sudah banyak ruang kuliah yang ia ketahui. Mengenai posko informasi tersebut sangat bagus karena dengan adanya posko tersebut, mahasiswa baru dapat mengetahui lingkungan kampus.
“Dengan adanya posko informasi itu kami sebagai maba tau mengenai dunia perkuliahan atau lingkungan kampus, sangat membantu sekali,” pungkasnya. []
Reporter : Putri Nadia
Editor : Hasni Hanum