Ziyya Zarifa, Moderat Millenial Agent Perwakilan Aceh
Sumberpost.com | Banda Aceh – Ziyya Zarifa, Mahasiswi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry angkatan 2020 terpilih menjadi Moderat Millennial Agent (MMA). Gadis yang kerap disapa Ziyya ini terpilih sebagai perwakilan dari Aceh bersama satu orang rekannya dalam kegiatan Pembinaan Kompetensi Penyiar Agama Islam (PKPAI). PKPAI adalah sebuah program yang dirancang oleh Kementrian Agama Republik Indonesia. PKPAI bertujuan untuk mencari penyiar menjadi Moderate Millennial Agent (MMA) di seluruh Indonesia.
Awalnya Ziyya tidak menyangka bisa terpilih jadi MMA sebagai perwakilan dari Aceh. Pasalnya, masih banyak peserta lain yang tak kalah berpengalaman dan mempunyai latar belakang yang luar biasa dalam dunia penyiar. Saat pemilihan MMA, Ziyya menungkapkan bahwa dirinya belum menyiar radio tapi masih training sebagai penyiar, tapi sudah diberikan kepercayaan untuk mewakili Aceh sebagai MMA.
“Gak nyangka juga kok bisa Ziyya dipilih, padahal masih tergolong sebagai pemula di dunia penyiar. Tapi Alhamdulillah bisa diberikan kepercayaan dan pastinya akan terus belajar,” ujar Ziyya.
Sudah berjalan satu tahun semenjak Ziyya dipercaya sebagai MMA Aceh. Ziyya mengungkapkan selama setahun ia sudah beberapa kali berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan, baik kegiatan di Aceh maupun luar Aceh. Bahkan sempat dipercaya sebagai host pada salah satu kegiatan di Jakarta yakni Penerangan Agama Islam (PENAIS).
“Selama setahun, ada beberapa kegiatan yang sudah Ziyya ikuti, diantaranya seperti kegiatan PENAIS, pelatihan pembuatan animasi, gebyar imani,webinar, dan kompetensi film pendek indonesia,” ungkapnya.
Ziyya mengungkapkan bahwa melalui kegiatan PKPAI yang diselenggarakan oleh Kemenag, dirinya mampu membangun relasi dengan seluruh penyiar di Indonesia. Sehingga ilmu komunikasi yang telah dipelajarinya bisa lebih dalam lagi serta pengalaman di ranah penyiar juga bertambah luas.
“Melalui kegiatan ini pastinya ingin membangun relasi dengan seluruh penyiar di Indonesia. Kemudian juga ingin supaya public speakingnya lebih jago, karena kan menjadi penyiar harus mampu berkomunikasi dengan bagus,” kata Ziyya.
Pengalaman Berharga Ziyya di PKPAI
Ziyya mengaku melalui kegiatan PKPAI, dirinya sangat banyak mendapatkan pengalaman berharga. Salah satu pengalaman yang paling berkesan dan berharga menurut Ziyya adalah saat dirinya berpartisipasi dalam salah satu kegiatan dimana Ziyya bisa mendapatkan pengalaman luar biasa dari orang-orang yang juga berasal dari latar belakang berbeda dan bisa bertukar pikiran dengan orang-orang hebat. Dengan begitu banyak latar belakang yang berbeda dan perbedaan karakter. Hal itu bisa menambah wawasan Ziyya.
“Pengalaman yang paling berkesan itu lebih ke sosialisinya. Kalau kegiatannya mungkin bisa dibilang standar, tapi pengalaman bisa bertemu dengan penyiar-penyiar yang hebat dengan berbagai latar belakang seperti host TV, wartawan, penyiar radio terkenal, itu merupakan suatu pengalaman yang sangat berkesan dan menarik,” ujarnya.
Ziyya juga menambahkan satu hal lain yang berkesan bagi dirinya adalah dengan kegiatan PKPAI, ia bisa berkesempatan menuntut ilmu sambil jalan-jalan. Padahal sebelumnya Ziyya tidak pernah sama sekali menjadi host, MC, dan moderator. Tapi dengan mengikuti kegiatan PKPAI ia bisa belajar itu semua tentunya melalui pembinaan dengan orang-orang hebat. Menurutnya, tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan itu.
“Sebelumnya gak pernah sama sekali jadi host, moderator, atau MC. Tapi dengan ikut kegiatan ini bisa belajar sambil jalan-jalan juga dan tentunya diajarin sama orang-orang hebat. Dituntut, dibina serta dirangkul untuk bisa,” katanya.
Hambatan yang Dialami Ziyya
Dalam kegiatan ini, Ziyya tidak mengalami hambatan secara teknis, melainkan hambatan yang dialaminya itu lebih ke hambatan internal dimana dirinya masih sering merasa insecure atau tidak percaya diri serta masih merasa nerveous atau gugup ketika menjadi host. Kemudian Ziyya juga sempat mengalami perasaan takut ditolak dan tidak diterima di masyarakat. Sama hal nya ketika Ziyya pertama kali menyiar radio, hambatan yang ia rasakan adalah tidak percaya diri dan takut akan hal-hal yang baru.
“Hambatannya masih ke diri sendiri. Kayak masih takut untuk mencoba hal-hal yang baru, takut ada penolakan dari masyarakat kayak kata anak zaman sekarang, the fear of rejection,” kata Ziyya.
Dukungan Orang Tua untuk Ziyya
Ziyya mengungkapkan bahwa keluarganya sangat mendukung dirinya dalam kegiatan ini, terutama sang ayah. Ayah Ziyya sangat mendukung dan selalu meyakinkan Ziyya untuk menjadi seorang penyiar. Kendati demikian, Ayahnya tidak memaksa untuk harus sempurna di bidang penyiar. Oleh karena itu, dirinya tidak merasa tertekan sama sekali dalam kegiatan ini.
“Dapat dukungan penuh dari orang tua, terutama abu. Abu sangat mendukung dalam kegiatan ini. Abu lah yang ngajak, ngasih saran, yakinin Ziyya juga untuk jadi penyiar dan juga tidak menuntut untuk perfeksionis,” ungkapnya.
Ziyya pun mengungkapkan bahwa orang tua nya adalah orang yang mendukung apapun kegiatan anaknya. Karena bagi orang tua Ziyya kuliah saja tidak cukup, harus ada organisasi yang mendukung tentang jurusan.
“Abu pernah bilang sama Ziyya bahwa kuliah aja itu nothing, artinya harus ada organisasi yang mendukung. Dan pas kali Ziyya masuk organisasi di bagian komunikasi dan penyiaran seperti PKPAI ini,” ujarnya.
Pandangan Orang Sekitar
Terkait dengan kegiatan PKPAI, Ziyya mengatakan pandangan orang-orang seperti kawan-kawan di kampus atau dosen-dosen itu ada yang pro dan ada yang kontra. Ada kawan-kawan yang senang, mendukung dan bangga bahkan ada kawan-kawan yang ingin juga menjadi seperti dirinya. Dari dosen juga ada yang mendukung dalam kegiatan ini, ada juga yang kurang suka.
“Ada pro dan kontra terus ada yang dukung juga. Kalau dari teman-teman itu pandangannya lebih kearah positif, ada yang senang ada yang mau ikutan juga,” katanya.
Ziyya berpesan tetaplah berproses meskipun kita berbuat salah, karena dari kesalahan itu kita belajar dan bisa memperbaiki kegagalan. Setiap orang memiliki lintasan, media, fasilitas, pengalaman, bahkan umur yang berbeda. Jangan pernah membandingkan lintasan kita dengan orang lain, tapi lihatlah lintasan yang kita lalui sendiri.
“Gapapa untuk berbuat salah, namanya aja kita manusiawi. Apapun hasilnya tetap jalani aja. Gapapa pelan asal jalan, karena garis finish dan start kita berbeda-beda,” pungkasnya. []
Reporter: Raudhatul Jannah
Editor: Hasni Hanum