Kisah Hasan, Hafidz Jadi Sarjana di Usia 44 Tahun
Sumberpost.com | Banda Aceh – Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Siapapun dan kapanpun mempunyai peluang, karena setiap orang memiliki kesempatan dan waktu yang berbeda-beda untuk mencari ilmu.
Seperti halnya kisah seorang pria paruh baya berikut ini yang berhasil meraih gelar sarjana Strata Satu (S1) di usia 44 tahun.
Dia adalah Hasan, pria yang mempunyai dua orang anak ini berhasil menyelesaikan ujian sidang skripsi di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Program Studi (Prodi) Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
Menariknya, perjalanan Hasan dalam menempuh pendidikan S1 tersebut berawal dari keberhasilan dirinya setelah menjadi penghafal Al-Qur’an.
Perjalanan Hasan Menjadi Hafidz Qur’an
Lahir di pulau Madura 1978, diketahui Hasan sempat putus sekolah. Setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 1997, Hasan tidak melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA), ia memilih membantu orangtua dalam bertani dan mengabdi pada sebuah pesantren yang berada di desanya.
Berkat ketulusan dan keikhlasan dirinya dalam mengabdi di pesantren tersebut, pada tahun 2006 Hasan mendapat tawaran untuk belajar menghafalkan Al-Qur’an di sebuah pesantren di Bogor. Dalam kurun waktu satu tahun setengah, akhirnya Hasan berhasil menghafalkan Al-Qur’an 30 Juz.
Seperti diriwayatkan dalam sejumlah hadits, seorang penghafal Al Qur’an diberikan sejumlah keutamaan baik di dunia maupun di akhirat. Hal tersebut dirasakan oleh Hasan. Selesai program tahfidz, Hasan mendapatkan berbagai tawaran beasiswa kuliah hingga pekerjaan.
Namun pada saat itu, keinginan Hasan untuk kuliah belum muncul dalam dirinya. Hingga pada satu kesempatan, tahun 2011, Hasan dipanggil untuk mengajari ilmu Al-Qur’an di sebuah pondok pesantren yang ada di Aceh.
Keputusan Hasan merantau ke Aceh tidak hanya membawa rezeki berupa materi. Setahun berada di Aceh, Hasan akhirnya menemukan jodohnya. Ia menikah dengan seorang gadis asal Ajuen, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar.
Setelah hampir lima tahun menjadi warga Aceh, rutinitas Hasan terus berlanjut seperti biasa sebagai guru ngaji.
Awal Memutuskan Untuk Kuliah
Hingga pada suatu malam, setelah shalat Isya selesai, Hasan yang sedang asik berbincang-bincang dengan para sahabtanya tersebut mendapat sebuah masukan. Karena melihat kemampuan Hasan yang mampu menghafal Al-Qur’an, para sahabat menyarankan agar sebaiknya ia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Dukungan dan masukan yang diberikan oleh sahabatnya itupun selalu terngiang di pikiran Hasan. Apalagi ia juga kerap kali mendengar cerita dari sang adik tentang keseruan dibangku kuliah dan juga materi pembelajaran tentang Al-Qur’an. Hasanpun termotivasi untuk meneruskan belajarnya.
“Selama ini saya bisanya cuma mengaji gak pernah mengkaji apa yang saya baca tentang Al-Qur’an, itu termotivasi oleh adik saya karena setiap pulang kampus selalu cerita enak kek gitu belajar tentang Al-Qur’an, pokoknya sangat menarik, ceritanya tentang Al-Qur’an semua,” kata Hasan mengenang kisah awal mula berkeinginan kuliah.
ditambah dukungan dari keluarga, Hasan yang saat itu hanya mempunyai ijazah SMP akhirnya bertekad untuk mengambil paket C ijazah SMA agar bisa mendaftar di perguruan tinggi.
Tahun 2015, Hasan mengurus proses pendaftaran masuk kuliah dan mengambil jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin UIN Ar-Raniry.
Setelah dinyatakan lulus di prodi tersebut, Hasan mengikuti perkuliahan seperti mahasiswa pada umumnya. Kesibukan Hasan mengajar ngaji dan lainnya sebisa mungkin ia bagikan waktu agar tidak mengganggu jam perkuliahan.
Semester demi semesterpun berhasil ia selesaikan dengan baik. Menjadi seorang suami , ayah, ustadz sekaligus mahasiswa tidak membuat Hasan luput dari semua tanggung jawab. Meskipun ia lulus pada semester 14, namun Hasan berhasil menuntaskan perkuliahan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,74.
Ucapan Terima Kasih
Hasan menuturkan, selama menimba ilmu di bangku kuliah, pengalaman dan pengajaran yang diberikan oleh para guru membuat ia mengerti dan paham pentingnya belajar. Ilmu yang didapat dari guru selama menempuh pendidikan sarjana itu sungguh membuat ia tidak dapat membalas satu persatu.
“Melalui Sumberpost ini saya mau ngucapin terima kasih kepada semua guru saya, walaupun sebenarnya ucapan terima kasih saya ini kalau dibandingkan dengan ilmu yang diberikan guru-guru saya semuanya di Ushuluddin khususnya yang ada di Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir itu gak sebanding dengan apa yang mereka ajarkan,” tuturnya saat diwawancarai Sumberpost, Jum’at (4/8/2022).
Kesungguhan dan kegigihan Hasan untuk terus belajar nyatanya tidak sampai di S1 saja, setelah melewati perjalanan yang sangat berharga tersebut, Hasan bertekad untuk belajar lagi ke jenjang S2. []
Reporter: Saadatul Abadiah