Museum Aceh Resmikan Bustanussalatin Sebagai Konsep Baru Ruang Pamer
Sumberpost.com | Banda Aceh – Museum Aceh melaunching Bustanussalatin dalam acara Sosialisasi Museum sebagai konsep terbaru ruang pamer bagi para pengunjung Museum Aceh. Peresmian ini dibuka dan diarahkan langsung oleh kepala Museum Aceh, Mudha Farsyah, di Mesium Aceh, Banda Aceh, Senin (5/12/22).
Dalam sambutannya Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh (Disbudpar), Almuniza Kamal menuturkan, sebagai seorang Public Relations (PR) penting untuk mengetahui sejarah dan menjadikannya sebagai bahan edukasi.
“Sebagai orang Aceh, menjadi penting bagi kita mengetahui bagaimana sejarah kita terdahulu dan menjadikan itu sebagai sebuah ilmu pengetahuan di masa sekarang, dan ini juga menjadi tugas adik-adik mahasiswa untuk terus melestarikan sejarah dan kebudayaan kita sebagai PR,” tuturnya.
Kegiatan dengan tema “Bustanussalatin atau Taman Para Raja” ini turut menghadirkan dua pemateri sekaligus yaitu M. Nur Aulia, merupakan edukator Museum Aceh, dan Nurhawani, merupakan kurator Museum Aceh.
Dalam paparan materinya, M. Nur Aulia menjelaskan, Bustanussalatin dibangun dengan mengadopsi konsep taman surga. Bustanussalatin juga memiliki luas sekitar 3000 meter persegi yang terbentang sepanjang Krueng Daroy melintasi Gunongan, Pinto Khop, Kandang hingga Mesjid Raya.
“Pembangunan Bustanussalatin itu rancangannya tidak sepele, taman itu dibangun dengan konsep yang diadopsi dari Al-qur’an yaitu taman surga. Luasnya yaitu sekitar 3000 meter persegi, bahkan karajaan Aceh sendiri pun menjadi kerajaan terbesar kelima di dunia dan diakui dengan bukti diplomasi dan perdagangan,” jelas M. Nur Aulia .
Kegiatan ini juga diikuti oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-raniry yang terdiri dari berbagai program studi (prodi) diantaranya jurusan Ilmu Perpustakaan (IP), Bahasa dan Sastra Arab (BSA), Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan juga dari Aceh Anthropologist.
Muchlis staf ahli museum sekaligus pemandu selama berlangsung acara menjelaskan, Museum Aceh masih menyimpan beberapa koleksi masa kerajaan Aceh.
“Beberapa koleksi masa kerajaan Aceh seperti baju adat, siwaih, manuskrip atau karya tulis yang dihasilkan selama masa kerajaan Aceh, dan juga replika nisan Nahrasiyah binti Sultan Zainal Abidin,” ujarnya.
Dengan adanya sosialisasi yang diadakan Museum Aceh, mahasiswa maupun anak muda dapat mempelajari dan lebih mencintai sejarah dan kebudayaannya sendiri. Karena untuk mengenal siapa diri kita, maka harus lebih dulu mengenal sejarah dan budaya kita sendiri. []
Reporter: Rahmatillah Basri
Editor: Nurul Hidayah