Menyoroti Sampah di Sepanjang Bibir Pantai Ulee Lheue

Sumberpost.com | Banda Aceh – Pantai Ulee Lheue dikenal dengan wisata alam yang keindahannya begitu memukai. Ditambah lagi pemandangan matahari tenggelam yang begitu indah setiap Sore hari. Di sepanjang jalan menuju pantai Ulee Lheue juga terdapat bebatuan yang menjadi pembatas antara laut dan jalan, hal ini juga kerap menjadi tempat favorit para pengunjung saat menikmati sunset di pinggir pantai.

Namun, sungguh sangat disayangkan, jika keindahan pantai ini hanya akan berujung menjadi lautan sampah jika kebiasan meninggalkan sampah masih diamalkan oleh pengunjung.

Hal ini juga dirasakan oleh Bima, seorang backpacker asal Tangerang yang saat itu tengah berkunjung ke Aceh untuk menjalani misinya keliling Indonesia, Kamis, (15/08/2024).

“Saat ini saya sedang menjalani program merdeka sampah, hal ini saya laksanakan karena mengetahui di sepanjang jalan ke Uleelhe ini banyak pengunjung. Saya menyoroti sampah yang mereka tinggalkan di sekitaran pantai dan bebatuan disini,” tutur Bima.

Bima berkata, program merdeka sampah yang ia jalani sejak tanggal 1 hingga 17 Agustus 2024 merupakan langkah kecilnya untuk mengurangi sampah di pantai Ulee Lheue. Konsep program merdeka sampah yang ia jalankan berupa mengumpulkan sampah-sampah yang ada di sekitar pantai Ulee Lheue selama 17 hari.

Tak berhenti disana, ia mengungkapkan akan fokus dalam meningkatkan kesadaran pengunjung untuk membawa pulang sampah saat berwisata.

“Indonesia ini punya pesona alam yang begitu indah, sayang sekali ketika sampah yang ditinggalkan manusia merusak keindahan itu. Kita semua mengetahui seindah apa pantai uleelhe apalagi di sore hari, sayangnya sampah yang berada di sela-sela batu dan pantai tidak nyaman dipandang,”ungkap Bima.

Dalam hal ini, Bima mengaku takjub dengan keindahan alam aceh, mulai dari pantai, pemandangan bawah laut, hingga pegunungan. Ia berkata, apa salahnya jika masyarakat Aceh untuk lebih menjaga alam dengan tidak meninggalkan sampah di sekitarnya. Apalagi, menjelang pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON), yang mana pantai Ulee Lheue menjadi salah satu vanue Cabang Olahraga (CABOR) layar.

“Yang saya khawatirkan adalah sampah-sampah tidak lagi di sekitaran pantai, melainkan di tengah laut. Di pantai Uleelhe banyak bebatuan, kemungkinan sampah-sampah disana terbawa ke laut saat air pasang,” ungkap Bima.

Lebih lanjut, Bima menjelaskan sampah tidak hanya berbicara tentang tempat-tempat wisata yang ramai pengunjung. Melainkan, kewajiban membuang sampah itu harus diimplementasikan dimana saja, baik itu di warung kopi, cafe atau tempat makan.

Di saat yang bersamaan, Miftah selaku anggota dari komunitas Word Clean Up (WCD) yang saat itu berkolaborasi dengan Bima dalam program merdeka sampah mengatakan, gerakan ini tidak benar-benar memberikan dampak langsung kepada alam.

“Kegiatan mengutip sampah ini tidak memiliki dampak yang signifikan. Tapi, dengan ini kita mencoba menyadarkan masyarakat untuk membuang sampah,” kata Miftah.

Ia juga berharap suatu saat nanti kesadaran masyarakat Aceh akan sampah meningkat, sehingga kegiatan memilih sampah tidak perlu lagi dilakukan. Namun, saat ini kesadaran itu belum terbentuk, hal ini membuat hatinya tergerak untuk mengutip sampah.

“Kalau bukan kita siapa lagi, ketika masyarakat melihat kita mengutip sampah di sekitaran pantai ini mungkin akan menyadarkan mereka untuk tidak meninggalkan sampah disini,” pungkasnya[]

Reporter : Rauzatul Jannah

Editor : Anzelia Anggrahini