3 Oktober 2024 Oleh Redaksi Sumberpost Off

Dakwah Digital ala Nussa dan Rara, Tebarkan Nilai Islami Lewat Animasi

Sumberpost.com | Banda Aceh – Konten hiburan sangat digemari oleh banyak orang. Terutama konten animasi, dengan durasi yang pendek serta memiliki bentuk dan karakter yang lucu sehingga banyak memikat mata terutama di kalangan anak-anak. Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri  (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh menyelenggarakan workshop film animasi Nussa dan Rara yang merupakan kartun dakwah dan menjadi sebuah inspirasi baru di era digital untuk memainkan gambar,gerak serta suara di ladang dakwah. Kegiatan ini di pandu secara langsung oleh Direktur Kreatif Film Animasi Nussa dan Rara, Bony Wirasmono, di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Kamis, (03/10/2024).

Dalam kegiatan ini, Bony Wirasmono membagikan secara langsung kepada mahasiswa UIN Ar-Raniry terkait beberapa materi, salah satunya bagaimana menemukan ide, langkah-langkah dalam membuat sebuah cerita, sinematografi dalam film animasi dan beberapa materi animasi lainnya yang dirangkum secara informatif.

Pada kesempatan ini, Bony memberikan sedikit kisahnya mengapa ia membuat animasi Nussa dan Rara yang kini dikenal oleh banyak orang. Ia menjelaskan, animasi ini timbul dari diskusi yang dilakukan oleh sekelompok komunitas hijrah dan penggiat dakwah. Diskusi tersebut dapat timbul karena adanya  keresahan yang kini menjadi dilema para orang tua terhadap anak-anaknya yang selalu bersama handphone dengan tontonan yang mereka konsumsi tanpa tau dampaknya. Dari sinilah timbul, bahwa  Bony dan tim ingin membuat sebuah konten yang dapat mengedukasi untuk anak-anak muslim.

“Dari situlah awal mula Nussa dan Rara itu karena adanya keresahan dari para orang tua terhadap anak yang sudah kerap mengkonsumsi konten-konten internet, yang kita tau tidak semuanya konten positif atau kebaikan,” jelas Bony.

Lanjutnya, ia juga mengatakan bahwa film animasi Nussa dan Rara ini memiliki ciri khas dan fokus dengan pembangunan karakter yang kuat. Karena, karakter dapat mempengaruhi premis yang kuat. Sehingga, jika kita sudah mendapatkan karakternya maka itulah yang akan di ingat oleh anak-anak.

“Kadang anak-anak itu hanya ingat suara karakternya, dari bentuknya, itu sudah cukup buat mereka lengket dan betah untuk menyaksikan keselurahan episode dari Nussa dan Rara itu,” ungkap Bony.

Dalam hal ini, ia juga memberikan beberapa kendala yang ia alami saat memprodukasi film animasi Nussa dan Rara tersebut. Ia mengungkapkan, animasi ini membutuhkan waktu pengerjaan yang panjang serta biaya yang besar. Dengan kurun waktu 3 bulan, bagi bony dan tim itu bukan pengerjaan yang cukup cepat, sehingga mereka harus mengejar sebuah isu agar animasi yang ditayangkan tidak basi.

Tak sampai disitu saja, Bony juga mengungkapkan bahwa dalam membuat animasi islami tentunya banyak pentafsiran dan pandangan yang berbeda beda di lingkungan masyarakat. Contohnya saja seperti sudut pandang orang yang berbeda-beda dalam memakai do’a-do’a sehari-hari.  Yang mungkin ada yang menganggap do’a yang dipakai itu shahih atau do’a yang dipakai dhaif . Hal ini yang juga menjadi salah satu kendala dan juga tantangan bagi Bony dan tim film animasi Nussa dan Rara.  Namun, mereka yakin, setiap konten yang mereka sajikan diambil dari landasan yang kuat dan juga shahih.

“ Saya sangat bangga jika Nussa dan Rara dapat dikenal oleh banyak orang dan bangga itu merupakan fitrahnya manusia. Namun di satu sisi saya juga memiliki kekhawatiran, yang mana sebuah prestasi pastinya disertakan dengan ujian. Suka duka nya ya seperti itu, di satu sisi kita senang dan di satu sisi khawatir saat ujian ujian itu datang,” ujar Bony.

“ Tapi ada satu yang kita senangi adalah ketika Animasi Nussa dan Rara ini tumbuh dapat diterima oleh masyarakat, kemudian dapat mentrigger atau memacu teman-teman lain untuk ikut bisa berjalan di area yang sama, yaitu membuat animasi-animasi lain yang mempunyai nafas yang sama yaitu dakwah ke anak-anak muslim,” tutupnya.[]

Reporter : Anzelia Anggrahini