Terjatuh, Bangkit, Bersinar, Perjalanan Panjang Fatimah Menuju Puncak JFW

Sumberpost.com | Banda Aceh – Sampai di titik menjadi pemenang III pada ajang bergengsi Lomba Perancang Aksesori (LPA) yang diselenggarakan Jakarta Fashion Week (JFW) 2024 tak mudah bagi seorang gadis asal Lhokseumawe, Fatimah Azzahra, Minggu, (03/11/2024).

“Memantapkan hati untuk bergelut dengan dunia desain membutuhkan waktu yang lama. Saya mengikuti berbagai eskul di Sekolah Menengah Pertama (SMP),” katanya.

Meskipun demikian, ia mengaku menjadi pecinta seni sejak kecil. Hingga memutuskan untuk terjun ke dunia seni dan mendalami kerajinan tangan.

“Dari dulu suka menggambar, tertarik dengan hal-hal yang berbau seni. Pada akhirnya ia menemukan potensi dirinya di bidang handicraft. Ikut lomba Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) saat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan meraih juara provinsi,” ujarnya.

Hal ini membuat Fatimah memantapkan hatinya dan memutuskan mempertajam potensinya dengan mengikuti kursus handicraft di Banda Aceh. Tak berhenti di sana, Fatimah melanjutkan pendidikan fashionnya di Jakarta pada tahun 2019.

Sebelum mengikuti ajang LPA JFW, ia mengaku sudah beberapa kali gagal dalam lomba-lomba serupa. Namun, hal itu justru membuatnya lebih semangat dan tak gampang ciut. Terlebih lagi, apresiasi yang ia terima dari dosen pada mata kuliah perancangan aksesoris kian menguatkan nya untuk terus berkarya dan percaya diri.

“Sebelum melangkah ke JFW 2024, Aku udah pernah mengikuti event lomba perancangan aksesoris juga di selenggarakan oleh JFW 2 tahun yang lalu dan masuk top 10 finalis yang melangkah ke RUNWAY SHOWCASE,” katanya.

Hal tersebut tak membuatnya puas hati. Setelah tamat kuliah pada tahun 2024, ia memilih untuk mengeksplore desain aksesori lebih luas hingga kembali berkompetisi pada JFW 2024.Dengan menawarkan konsep rangkai sekuntum, ia berhasil menjadi pemenang III dari 8 finalis pada kompetisi nasional ini.

“Tema yang diangkat dalam LPA tahun ini yaitu Step Into the Future: Fresh and Forward, dimana mendorong para desainer untuk menciptakan desain yang lahir dari eksplorasi material dan teknik. Aku membawa karya rangkai sekuntum yang terinspirasi dari Bunga piony merah,” jelasnya.

Untuk bersinar di kancah nasional, Fatimah telah melewati serangkaian peristiwa dan usaha yang menginpirasi.

“Pada masa covid di tahun 2022, aku sempat balik ke Aceh. Disana, aku berupaya untuk memperkenalkan handicraft mulai dari kecamatan hingga provinsi,” katanya.

Namun, usahanya tidak membuahkan hasil. Karya yang ia buat dari hati dan penuh kesabaran tidak ada nilainya. Ia merasa sulit berkembang di daerah dan memutuskan untuk bertarung di ibu kota untuk menunjukkan potensinya disana.

“Disini orang-orang lebih menghargai apa yang kita ciptakan dengan hati. Nilai manusia disini terletak pada potensi. Berbeda dengan daerah kita yang sudah ada pemain inti, hingga banyak potensi yang diabaikan dan sulit berkembang,” ujarnya.

Pesannya untuk pada perempuan Aceh, jangan cepat menyerah terlebih lagi ketika berkarya di daerah.

“Pasti ada celah untuk kita bangkit dan bangun mencari apa yang kita sukai dan passion kita,” katanya.

Keberhasilannya hingga di titik ini juga tidak bisa diraih oleh Fatimah bila tidak mendapat dukungan dari orangtuanya.

“Aku berasal dari keluarga yang sederhana dan berkecukupan. Orangtua aku selalu mendukung hal yang aku geluti saat ini, dimana desain aksesoris ini masih sangat asing di daerah,” ungkapnya.

Ia berharap, kedepannya pemerintah Aceh tak lagi abai terhadap potensi-potensi anak daerah. Ia berhasil membuktikan bahwasanya potensinya dilirik mata nasional.

“Semoga kedepannya banyak anak-anak Aceh yang menonjol ke nasional. Jadi permainan kita tidak sebatas di daerah dan pemerintah aceh tidak lagi menyia-nyiakan potensi anak daerah,” pungkasnya.[]

Reporter: Rauzatul Jannah

Editor : Anzelia Anggrahini