Iping: Kampus Seharusnya Menjadi Tempat Paling Aman

Sumberpost.com | Banda Aceh – Kampus secara filosofis tempat paling aman bagi seseorang untuk mengulik, mengkaji bahkan menginvestigasi dengan catatan berbasis akademik, hal tersebut dituturkan oleh Iping, selaku warga negara yang peduli, Kamis, (07/11/2024).

“Padahal kita ingin melakukan sesuatu yang bersifat kajian teoritis, sebenarnya kajian seperti ini bukan sesuatu yang berbahaya,” ujarnya usai membersamai Nonton Bareng (Nobar) film pesta oligarki yang di selenggarakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Hukum Tata Negara (HIMATARA).

Untuk diketahui, kegiatan Nobar ini diselenggarakan tanpa rangkaian pembedahan film. Hal ini memunculkan deretan pertanyaan mengenai film ini.

“Ini film membahas tentang apa, ketika ingin dikaji sejara teoritis, titik temunya bagaimana dan itu belum berhasil. Ditambah lagi adanya pelarangan, kenapa film ini dilarang untuk disaksikan. Apakah setelah nonton film itu orang-orang yang menonton akan memberontak, menjadi separatis,” tuturnya.

Lanjutnya, ketakutan yang berlebihan akan sesuatu itu menjadi permasalahan sekarang. Apalagi bila hal ini telah masuk dan berkembang di kampus.

“Pelarangan ini bentuk kegagalan pihak kampus untuk menjaga level pemikiran kritis. Menjaga untuk yang sudah memiliki dan menumbuhkan bagi yang belum memiliki,” ujarnya.

Lanjutnya, dalam paradigma HIMATARA, sebenarnya film pesta oligarki ini sangat relevan untuk dikaji dan dibedah dalam konsep hukum ketatatnegaraan.Ia juga turut menanggapi pernyataan rektor dimana film oligarki tak layak di sandingkan dengan masa kepemimpinan presiden Prabowo saat ini.

“Masa depan tidak bisa kita reda bila melupakan masalalu. Seperti halnya kita menjahit. Kita harus meluruskan dulu benang supaya mudah untuk masuk ke kain dan merekatkan. Hari ini, masalalu yang dialami oleh negeri seperti benang kusut, yang kita tau dimana hulu dan hilirnya. Tetapi kita paksa untuk menjahit kehidupan baru,” jelasnya.

Namun, pemikiran ini agaknya tak bisa dikembangkan di perguruan tinggi pasca pelarangan Nobar oligarki terjadi.

“Ketidakpedulian adalah cara paling ampuh untuk memuluskan kejahatan. Ketidaktahuan tidak akan menolong siapapun. Bahkan ketidaktahuan menjadi aset berharga bagi negara untuk terus membuat pihak yang takut agar dapat bergantung,” pungkasnya. []

Reporter : Rauzatul Jannah

Editor : Anzelia Anggrahini