19 November 2024 Oleh Redaksi Sumberpost Off

Pengungsi Rohingya Yang Belum Ada Titik Terang

Sumberpost.com | Banda Aceh – Tidak pernah ada habisnya permasalahan di Aceh. Permasalahan pengungsi Rohingya yang sedang terjadi di Aceh kita tercinta, suatu hal yang perlu di atasi lebih lanjut dan dengan sepenuh hati, dinamika sosial yang terjadi di masyarakat membuat kita acuh tak acuh, salah satu yang kita hadapi sekarang. Dimana gelombang pengungsi yang masih terus berdatangan dari luar, tercatat pada tanggal (6/11) pengungsi Rohingya yang berjumlah 152 jiwa tersebut di relokasikan ke kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Aceh.

Dari Aceh Selatan menuju Banda Aceh Para imigran tersebut di angkut menggunakan truk yang disediakan masyarakat dan di kawal oleh satu mobil satpol PP Aceh Selatan. Adapun 152 orang Rohingya tersebut terdiri dari 60 anak-anak, 79 wanita dewasa dan 13 laki-laki dewasa. 152 jiwa tersebut kemudian di pulangkan kembali ke lokasi pengungsian.

Sebenarnya permasalahan ini sudah lama terjadi penolakan dari warga, perelokasian yang tidak ada arah semua menolak , masyarakat menolak. Di sini seharusnya ada tanggapan cepat dari otoritas terkait dalam penanganan yang tepat. Belum maksimal terhadap penanganan pengungsi Rohingya ini, di satu sisi adalah musibah yang menimpa yang perlu adanya tindakan yang efesien dalam penanganan, serta perlunya dukungan juga dari masyarakat, karena ini menyangkut nyawa serta menyangkut kepentingan masyarakat banyak, hal ini sangat sensitif jika tidak di atasi secara maksimal.

Terkait pengungsi Rohingya, Aceh juga sedang dalam masa politik, tetapi ini juga bukan menjadi sebab lambatnya respon pihak yang berwenang dalam penangan permasalahan, sehingga antara warga dengan aparat tidak terjadi perselisihan dalam penangan ini. Semua harus membuka mata serta melihat problematika yang terjadi, pada awal nya pengungsi yang berjumlah 152 tersebut di tempat kan di Aceh Selatan pada camp pengungsian untuk sementara waktu, tetapi kemudian di relokasikan ke kantor Kemenkumham Aceh yang kemudian menolak karena bukan dari tugas mereka.

Sebenarnya, Rohingya ini jika kita lihat dari segi historis merupakan sebuah etnis indo Arya dari rakhine, terjadinya genosida pada tahun 2017 membuat mereka melarikan diri ke Bangladesh sekitar 740.000 jiwa. Rohingya adalah salah satu etnis yang sangat terpresekusi di dunia, dengan pemerintah Myanmar yang tidak memberikan kewarganegaraan bagi etnis tersebut. Inilah yang kemudian membuat pembatasan gerak bagi mereka dari berbagai aspek baik pendidikan, kekerasan , maupun layanan pemerintahan, yang kemudian pada akhirnya membuat mereka mengungsi dan juga mencari suaka ke negara lain salah satu nya indonesia sendiri.

Mendarat dengan kapal kayu di perairan Aceh, ini juga menjadi penyelidikan adanya dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang masih di selidiki siapa dalang atas perbuatan tersebut. Tetapi perlu di lihat, permasalahan sekarang datang dari berbagai aspek baik keamanan laut yang kurang sehingga kapal kayu yang sangat sederhana. Dalam artian, kapal sipil yang tidak mempunyai teknologi khusus dalam radar yang tidak mungkin tidak terbaca radar kapal patroli Indonesia.

Dalam pernyataan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla(JK) membandingkan masyarakat Eropa yang mau menerima pengungsi asal Afrika tanpa menghitung jumlah pengungsi ke Eropa.

“Kita harus mengedepankan adab menghadapi mereka. Eropa saja kalau ada pengungsi dari Afrika, berapapun jumlahnya mereka selalu terima,” ujarnya dalam sebuah pidato.

Menurut JK, para pengungsi Rohingya ini sebagai satu masalah kemanusiaan. JK meyakini para pengungsi tersebut tidak akan meninggalkan negaranya jika tidak ada masalah.

“Mereka tidak akan mengungsi kalau tidak ada masalah di negara mereka,” katanya.

Pernyataan oleh mantan wakil presiden tersebut seharus nya membuat kita lebih sadar atas permasalahan ini. Tidak pernah terbayangkan jika kita yang berada di posisi mereka seperti tiada arti. Sebuah nyawa yang di arahkan kemana saja tanpa arah tujuan yang jelas akan kepastian sebuah hidup. Sekiranya ini bisa menjadi pertimbangan kita bersama dalam menangani pengungsi ini, kita harus lebih peduli atas penderitaan orang lain dan bersama sama membantu dalam penanganan. []

Penulis : Ara Setiawan