Mahasiswa Keluhkan Sikap Satpam Tarbiyah, Ada Apa?

Sumberpost.com | Banda Aceh – Mahasiswa keluhkan sikap satpam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh. Hal ini dikarenakan, telah dijumpai beberapa satpam yang menggunakan bahasa kurang elok dalam upaya penertiban jalan lintas tarbiyah dipagi hari, Senin, (25/11/2024).

Keluhan ini dituturkan langsung oleh mahasiswa berinisial XN (nama disamarkan), ia merasa kata-kata yang dilontarkan satpam saat berupaya mengingatkan mahasiswa untuk tidak melawan arus menuju gedung-gedung dibelakang tarbiyah, menurutnya tak layak terjadi di lingkungan kampus.

“Saya paham, saya salah karena melawan arus, waktu itu saya sedang buru-buru. Tapi dengan mengatakan anak orang ‘bodoh’ sangat tidak sopan. Apalagi perkataan semacam itu kita dapatkan di lingkungan akademis,” ujarnya.

Akibatnya, mahasiswa XN merasa sakit hati karena kata-kata yang dilontarkan oleh satpam. Tak hanya itu, ia mengaku kata-kata satpam juga merusak moodnya di hari itu.

“Ingatin boleh, tapi kata-katanya yang manusiawi. Semua orang pernah salah. Kenapa kata-katanya sangat tidak mencerminkan lingkungan yang akademis,” katanya.

Tak hanya itu, mahasiswa XN mengaku pernah mendapatkan kata-kata yang tidak mengenakkan saat salah memarkirkan sepeda motornya di kawasan parkiran tarbiyah. Awalnya plang dilarang parkir tidak ada di tempatnya saat memarkirkan sepeda motor. Namun, sepulangnya dari mengikuti mata kuliah, ia melihat satpam sedang berupaya memindahkan sepeda motornya.

XN menceritakan bahwa satpam tersebut mengatakan ‘kamu gak liat disini dilarang parkir. Percuma kamu kuliah di jurusan pendidikan, kalau dzalim sama orang’. Dari kejadian itu, ia mengaku perspektifnya terhadap satpam tarbiyah sangat buruk dan terus melekat di ingatan.

“Saya dimarahin tidak masalah, tapi kata-katanya diperhatikan. Kenapa disangkut pautkan dengan jurusan saya, emang dia yang bayarin saya,” ungkapnya.

Di sisi lain, Mirza Firdaus selaku satpam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) menjelaskan upayanya untuk berdiri di jalan depan Tarbiyah merupakan kebijakan dari dekan. Hal ini juga berangkat dari keresahan-keresahan dan kecelakaan yang kerap terjadi saat mahasiswa melawan arus. Terlebih lagi saat suasana padat di pagi hari.

“Saya sebenarnya enggan datang lebih awal dari mahasiswa dipagi hari. Tapi untuk menyadarkan agar tertib berlalu lintas, saya harus membuang waktu berdiri di tengah jalan mengingatkan mereka,” ujar Mirza.

Ia mengungkapan rendahnya kesadaran untuk tertib berlalu lintas mahasiswa merupakan sebuah kesalahan yang tidak dapat dimaklumi, lantaran dilakukan dalam keadaan sadar.

“Saya sebenarnya tidak kesal, lebih ke malu. Dimana peraturan lalu lintas seharusnya sudah melekat di setiap orang yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Belum lagi dengan mahasiswa yang mengenakan baju PDH Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) yang melawan arah. Seharusnya tanpa harus saya berdiri di tengah jalan pun, aturan itu sudah diketahui,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan, kata-kata apa yang tepat dilontarkan selain ‘bodoh dan tidak beretika’ kepada mahasiswa yang sedang menempuh jenjang strata 1 dan dengan kesadaran penuh mereka melanggar peraturan yang telah disepakati secara nasional.

“Kalau ada opsi kata selain bodoh untuk mendeskripsikan mereka, berikan ke saya,” kata Mirza.

Ia juga mengungkapkan sering mendapati mahasiswa yang kembali bertanya saat diperingati untuk tidak melawan arus. ‘kenapa gak boleh pak?’ ‘gak boleh lagi lewat sini pak?’. Pesannya kepada mahasiswa, untuk tertib berlalu lintas dan tidak ikut-ikutan ke arah yang salah meskipun itu dilakukan oleh banyak orang.

“Bukan berarti yang dilakukan orang banyak itu benar, bukan berarti pula sesuatu yang dilakukan oleh orang yang jumlah sedikit itu salah,” pungkasnya. []

Reporter : Rauzatul Jannah

Editor : Anzelia Anggrahini