Guru Gembul: Indonesia Kaya Akan Pengkhianat Intelektual
Sumberpost.com | Banda Aceh – Problematika pengukuran kecerdasan anak di Indonesia masih berjalan secara keliru. Bagaimana tidak, anak didik baru dikategorikan memenuhi kriteria nilai tinggi, jika bisa menjawab pertanyaan guru dengan cara mengcopy jawaban di buku. Guru-guru seolah senang jika menemukan anak didik yang mampu mengulang memori tanpa memunculkan kekritisan untuk bertanya. Kekeliruan tersebut merupakan bukti terjajahnya Indonesia secara intelektual.
“Kita bahkan dalam matematika harus mengulang pikiran orang lain. Artinya apa? Kita dipaksa untuk terjajah secara intelektual,” jelas Guru Gembul dalam Diskusi Arah Baru Indonesia, di Aula Museum Teater, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, pada Kamis (28/11/2024).
Guru Gembul yang merupakan Influencer Pendidikan Indonesia menuturkan negara kita masih memenjarakan orang-orang dengan rasa penasaran tinggi, hanya karena dianggap menyebalkan ketika melontarkan banyak pertanyaan. Menurutnya budaya tersebut bukan budaya sebuah negara maju. Mengingat di negara dengan pendidikan yang lebih unggul, berbicara merupakan suatu kebebasan yang bisa dinikmati oleh banyak orang.
“Kalau berbicara itu dibatasi, tapi pas mendengar, kebanyak kita itu “oh dia ngomong-ngomong, udah denger aja kamu ikut aja.” Itu terbalik. Di negara yang sudah maju, berbicara itu bebas, apapun itu. Tapi mendengar itu, baru harus disaring,” jelasnya.
Ia menambahkan juga contoh pengaplikasian tentang para pengkhianat intelektual yang kerap terjadi. Banyaknya tokoh-tokoh yang menginspirasi diblacklist menjadi public figure hanya karena masalah pribadi yang terekspos keluar. Tapi mirisnya, mayoritas masyarakat kita langsung mencemooh dan mengklaim semua ilmu yang dimiliki tokoh tersebut adalah sesat.
“Nah ini, kenapa ya? Karena yang tadi itu kemampuan berpikir kita masih tergantung pada otoritas tertentu. Kita ngikut kesini, kita ngikut kesana. Kenapa kita ngikut? Ya karena ditakut-takutin,” pungkasnya. []
Reporter: Rina Hayati