Ratusan Masyarakat Semarakkan Festival Pemenuhan Hak dan Perlindungan Perempuan dan Anak Aceh
Sumberpost.com | Banda Aceh – Ratusan masyarakat semarakkan festival pemenuhan hak dan perlindungan perempuan dan nak aceh yang berlangsung di car free day. Festival ini mengusung tema “Perempuan Berdaya, Anak Terlidungi, Aceh Mulia”, pada Minggu (01/12/2024).
Ainul Mardhiah, dalam hal ini mewakili Wali Nanggroe Aceh dalam sambutanya menyebutkan sangat mengapresiasi kegiatan yang berlangsung di sepanjang jalan Daud Beureuh Simpang Lima, Banda Aceh.
“Saya mengapresiasi kerja keras yayasan Flower Aceh yang telah berkontribusi signifikan dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di daerah ini. Melalui program-program yang inovatif dan kolaboratif, kita dapat melihat perubahan positifnya dalam masyarakat,” tutur Ainul.
Ainul juga mengajak masyarakat untuk menggunakan momen festival ini untuk memperkuat komitmen kita dalam memajukan hak-hak perempuan dan anak sekaligus menginpirasi serta mendorong lebih banyak orang untuk terlibat dalam perjuangan ini.
“Festival ini bukan hanya sekedar acara, tetapi merupakan sebuah gerakan kolektif yang mengajak kita semua unutk berkomitemen dalam memerangi segala bentuk kekerasan dan diskriminasi yang masih terjadi di masyarakat,” tegasnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Rizky Mohammad, perwakilan Islamic Relief dalam kata sambutanya menyebutkan festival ini merupakan sebuah bentuk kampanye kepada masyarakat luas akan pentingnya pencegahan tindak kekerasan pada perempuan dan anak di Aceh.
“Festival ini dilatarbelakangi kondisi perempuan dan anak di Aceh masih memerlukan penyadaran dan pencegahan dari tindak kekerasan dalam berbagai konteks,” katanya.
Rizky juga menjabarkan Projek Empower dimana terdapat tiga strategi sebagai bentuk upaya pencegahan dan mempererat koordinasi dalam upaya pencegahan kererasan terhadap perempuan dan anak di Aceh.
1. Mempererat koordinasi, untuk seluruh pihak yang terlibat dalam pencegahan kekerasan terhadap pepempuan dan anak serta cara menanganinya
2. Mengimplementasikan pengembangan kapasistas para pemangku kepentingan yang terlibat. Utamanya tokoh agama dan tokoh budaya.
“Banyak tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan terjadi karena pemahaman budaya dan agama yang masih dipandang salah di masyarakat. oleh karena itu kami coba bermitra untuk koordinasi lebih erat dengan tokoh agama, tokoh budaya dan tokoh masyarakat di tingkat akar rumput,” jelas Rizky.
3. Upaya advokasi level provinsi, kabupaten dan desa. Dengan memfasilitasi penjangkaun yang dilakukan oleh para fasilitator yang ada di masyarakat untuk mendiskusikan isu anak dan meningkatkan penyadarannya.
“Jika ada kasus terjadi kami juga memastikan dapat tertangani oleh para fasilitator lapangan dan sistem rujukan yang ada,” kata Rizky.
Festival ini turut mengundang tokoh budaya Aceh yang masyhur sejak lama, yakni Rafly Kande yang menyajikan beberapa karya yang fenomenal dalam festival ini. Karya-karya Rafly Kande memuat pesan-pesan yang begitu bermakna atas keberlangsungan hidup perempuan dan anak di Aceh.
“Dalam karyanya menujukkan betapa budaya dan agama sesungguhnya menempatkan budaya dan anak ke dalam posisi yang terhormat dan mulia. Tidak seharusnya menerima kekerasan,” pungkasnya. []
Reporter: Rauzatul Jannah