
Belajar Masa Pemerintahan Bani Umayyah: Masihkah Relavan di Era Digital?
Sumberpost.com | Banda Aceh – Bahas pemerintahan Islam di masa lampau, Bani Umayyah jadi salah satu tokoh yang paling sering dibahas. Mulai dari kekuasaannya sangat luas, dari Spanyol sampai Asia Tengah dan tentu saja mereka butuh sistem pemerintahan yang rapi supaya bisa ngatur wilayah yang sebesar itu. Salah satu yang menarik dari masa kekuasaan ini adalah bagaimana mereka mengatur administrasi negara.
Pemerintahannya cenderung tersentralisasi, artinya sebagian besar keputusan penting diatur langsung dari pusat, yaitu Damaskus. Sistem ini dianggap efisien karena bisa mempercepat pengambilan keputusan dan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana pusat. Tapi, apakah model administrasi yang seperti gitu masih relevan kalau dibandingkan sama pemerintahan zaman sekarang?
Pada masa itu, khalifah Bani Umayyah punya cara sendiri dalam menjalankan roda pemerintahan. Mereka menunjuk para pejabat yang setia dan bisa dipercaya buat ngurus wilayah tertentu, dan itu semua diawasi langsung oleh khalifah. Tidak heran kalau pemerintahan mereka bisa berjalan cukup lancar dan disiplin. Tapi ada satu sisi yang tidak bisa diabaikan karena semuanya dikendalikan dari pusat, daerah jadi tidak punya banyak ruang buat menyesuaikan kebijakan dengan kebutuhan lokal.
Ini bisa jadi kurang fleksibel, apalagi buat wilayah yang punya kondisi sosial dan budaya yang beda-beda. Kalau terlalu dipaksakan seragam, bisa aja menimbulkan masalah baru.
Kalau dibandingkan dengan pemerintahan modern, sekarang justru banyak negara yang mengutamakan sistem desentralisasi. Pemerintah daerah diberi kewenangan sendiri supaya bisa lebih dekat dan responsif sama warganya.
Model ini dianggap lebih cocok buat masyarakat yang makin kompleks dan majemuk. Tapi itu bukan berarti sistem Bani Umayyah tidak ada nilainya. Justru dari mereka kita bisa belajar tentang pentingnya efisiensi, ketegasan, dan disiplin dalam birokrasi. Dalam beberapa kondisi, seperti penanganan krisis, pendekatan cepat dan terstruktur itu sangat dibutuhkan.
Selain itu, pembeda mendasar antara administrasi masa Bani Umayyah dan era kontemporer adalah kehadiran teknologi. Dulu, Bani Umayyah mengandalkan jalur komunikasi tradisional dan jaringan pejabat yang loyal. Sekarang, semuanya bisa dilakukan lewat teknologi digital dari pelayanan publik, pengawasan anggaran, sampai partisipasi masyarakat. Hal-hal yang dulu nggak mungkin dilakukan, sekarang jadi kebutuhan. Tapi menariknya, semangat keteraturan dan kontrol yang mereka terapkan dulu bisa jadi inspirasi buat membangun sistem digital yang tertib dan efektif. Asalkan jangan jatuh ke pola otoriter yang nutupin transparansi.
Pada akhirnya, mempelajari administrasi masa Bani Umayyah bukan berarti kita harus menirunya mentah-mentah. Tapi ada nilai-nilai penting yang masih relevan kalau dibaca secara kritis. Kita bisa ambil sisi baiknya, lalu sesuaikan dengan kondisi zaman sekarang yang lebih terbuka dan menuntut partisipasi publik. Pemerintahan modern perlu disiplin, tapi juga fleksibel dan inklusif. Jadi, melihat ke belakang itu bukan soal nostalgia, tapi soal belajar agar langkah kita ke depan bisa lebih mantap dan penuh arah.[]
Penulis : Nazira Abdullah, Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu sosial dan Pemerintahan
Editor : Aininadhirah