Badriatun Navis: Kisah Lulusan Terbaik Psikologi dengan IPK 3,85

Sumberpost.com | Banda Aceh – Badriatun Navis, seorang perempuan kelahiran Aceh Utara, 10 Maret 2004 ini merupakan mahasiswi lulusan terbaik dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,85. wisuda gelombang II tahun 2025, dari jurusan Psikologi fakultas psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.


Terlahir dengan keluarga sederhana, ia sudah kehilangan ayahnya sejak duduk di bangku
sekolah menengah pertama (SMP) sang ibu bernama Salbiah ibunya hanya seorang Ibu
Rumah Tangga. ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, ia memiliki satu kakak
laki-laki dan satu kakak perempuan. Meskipun sudah lama kehilangan sosok ayah, Navis selalu merasakan ada jiwa ayah di dekatnya yang selalu memberikan dorongan dan semangat agar terus berkembang menjadi lebih baik untuk keluarga.


Yang membiayai kehidupan, SMP, SMA sampai Kuliah itu dari ibunya dari hasil menjual tanah yang ada, sedangkan kakak pertama yang kerja, dan abang yang cuti kuliah supaya bisa menghemat pengeluaran.
Tidak sampai disitu, kakak laki-lakinya juga bekerja untuk membiayai kebutuhan keluarganya.

Badriatun Navis Sedang Berbincang Bersama Keluarganya Setelah Acara wisudanya (Sumberpost.com/Miftahul jannah)

Menjadi mahasiswi lulusan terbaik merupakan pencapaian besar dalam hidupnya, sempat
merasa tidak percaya pada dirinya, tak dipungkiri rasa bahagia, syukur, dan terharunya tak
bisa lagi ia sembunyikan, tampak dari raut wajahnya menceritakan bagaimana bersyukur dan bangga dirinya.


Selama kuliah, ia mengikuti organisasi dalam kampus, Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP)Psikologi, khususnya di divisi riset dan keilmuan, ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan seperti seminar dan bedah film. Diluar kampus ia bergabung dalam organisasi wellbeing shelter (WBS). walaupun ia mengikuti organisasi ia tetap fokus ke akademik ketika ada tugas yang di berikan, dan kerjakan semaksimal mungkin.


Salah satu tantangan terbesar selama kuliah datang pada semester empat. ketika ia dan
teman-temannya harus mengikuti tiga mata kuliah praktikum sekaligus dalam seminggu.
praktikum yang menuntut ketelitian tinggi tidak memberi ruang untuk kesalahan. selain
melelahkan secara mental dan fisik.


Menyediakan biaya tambahan untuk kebutuhan seperti memberikan reward kepada peserta uji (tastee), mencetak laporan, melakukan konsultasi berkali-kali dengan aslab, kerumitan ini ditambah dengan tugas-tugas kuliah lain yang tak kalah menumpuknya.


“capek banget, tapi gak boleh salah dalam praktikum itu,” kenangnya.

Tantangan berikutnya datang saat penulisan skripsi. bagian tersulit, menurutnya, adalah proses pengumpulan data. Ia mengambil data dari santriwati korban kebakaran di pesantren Babul Maghfirah, tempat ia pernah menimba ilmu. Pesantren itu mengalami dua kali kebakaran.

Navis awalnya berencana mengambil data sebelum bulan Desember 2024, namun
kebakaran kedua kembali terjadi dibulan yang sama. kondisi tersebut memaksanya menunda proses pengambilan data hingga januari 2025.


“Mau ngambil data di bulan Desember, tapi gak mungkin, karena pesantrennya kebakaran
lagi. jadi harus undur, akhirnya baru bisa ambil data di bulan Januari,” Ceritanya.


kini setelah resmi menyandang gelar sarjana psikologi, Navis berencana untuk fokus mencari pekerjaan. Ia memiliki keinginan kuat untuk melanjutkan studi ke jenjang S2, namun menyadari bahwa faktor ekonomi menjadi kendala utama.


“kalau ditanya mau lanjut tentunya siapa sih yang gak mau lanjut kuliah gitu kan, cuman kita realistislah untuk masalah ekonomi,” ungkapnnya.


Meski demikian, Nafis tidak menyerah. ia berencana mengikuti les dan mempersiapkan diri untuk berburu beasiswa agar tetap bisa melanjutkan studi. Tips manajemen waktu yang dimiliki oleh sosok Navis ini, jika ada tugas kerjakan, dan jangan menunda-nunda.


“jika ada tugas kerjakan karena tidak ada yang akan pernah tau apa yang akan terjadi
kedepannya, alangkah baiknya untuk tidak menunda-nunda,” Pungkasnya.[]

Reporter : Miftahul Jannah

Editor : Aininadhirah