
Sosok Annisa Salsabila Amanda, Lulusan Terbaik Fakultas Adab dan Humaniora
Sumberpost.com | Banda Aceh – Annisa Salsabila Amanda, mahasiswi berprestasi dari Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, dinobatkan sebagai lulusan terbaik Fakultas Adab dan Humaniora. Putri sulung dari mendiang Bapak Sudirman dan Ibu Riana Silvia ini telah mengukir kisah yang penuh perjuangan, pengorbanan, dan keteguhan hati. Lahir di Patun Labu, Aceh Utara, pada 27 Juni 2003, Annisa kini berusia 22 tahun. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Adik laki-lakinya, Muhammad Jibrail, kini duduk di bangku kelas 2 SMA, dan adik perempuannya, Safa Zahira Amanda, sedang menempuh pendidikan di kelas 3 SMP.
Kedua orang tuanya memiliki latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang beragam. Sang ayah adalah seorang pedagang elpiji yang menempuh pendidikan hingga jenjang D3, sementara ibunya seorang PNS lulusan Magister (S2). Meskipun keluarga Annisa umumnya berlatar belakang pedagang, semangat belajar dan pendidikan tetap menjadi nilai yang dijunjung tinggi.
Sejak kecil, Annisa dikenal sebagai pribadi yang mandiri dan penuh tekad. Meski awalnya orang tuanya sempat ragu menyekolahkannya di pesantren karena kekhawatiran akan lingkungan yang tertutup, Annisa berhasil meyakinkan mereka. Ia akhirnya menempuh pendidikan dasar hingga menengah pertama di Pesantren Darul Arafah, Deli Serdang, selama enam tahun. Keberadaan sepupunya di pesantren yang sama menjadi alasan tambahan bagi orang tuanya untuk memberi izin.
Annisa sendiri memilih masuk pesantren atas kemauan pribadi, karena ingin menjadi anak yang mandiri dan tidak terlalu bergantung pada bantuan pekerjaan rumah tangga. Ketika di pesantren ia belajar banyak tentang kemandirian.
“Saya kalau di rumah itu terlalu dimanjakan oleh orang tua, seperti tidak boleh melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring atau menyapu rumah” ujarnya
Setelah lulus dari pesantren, ia pindah ke Aceh untuk melanjutkan pendidikan di tingkat SMA. Keputusan itu dilatarbelakangi oleh keinginan orang tuanya untuk menjaganya lebih dekat setelah sepupunya keluar dari pesantren, bentuk kasih sayang dan perlindungan yang besar dari orang tua terhadap Annisa.
Awalnya, Annisa berniat mengikuti jejak sang ibu dan memilih jurusan Akuntansi. Namun, sang ibu justru menyarankan agar ia memilih jurusan yang sesuai dengan minatnya. Ketertarikannya terhadap jurusan Bahasa dan Sastra Arab muncul setelah mengenal seorang senior yang melanjutkan studi S2 di Belanda. Rasa ingin tahu dan latar belakang pesantrennya membuat Annisa mantap memilih jurusan ini.
“Tujuan saya masuk ke Prodi Bahasa dan Sastra Arab, pengen pergi ke luar negeri” ujarnya
Meskipun awal perkuliahan dijalani di tengah masa pandemi COVID-19, yang membuatnya sempat kehilangan semangat, Annisa tetap bertahan dan menyelesaikan studi dalam waktu empat tahun.
Perjalanan akademik Annisa bukan tanpa hambatan. Pada tahun 2021, ia kehilangan ayah tercinta, disusul oleh ibunya pada 2022. Duka belum usai, tiga bulan setelah kepergian ibunya, ia kembali kehilangan sosok ibu dari kakak kandung ibunya, yang sangat dekat dengannya sejak kecil. Pada tahun 2024, neneknya pun berpulang. Kehilangan demi kehilangan ini menjadi ujian besar dalam hidup Annisa. Namun, ia tetap berdiri tegar dan menjalani semua proses perkuliahan dengan kekuatan yang luar biasa. Salah satu masa paling berat yang ia rasakan adalah saat menyusun skripsi. Ia sempat hampir menyerah karena revisi yang berulang kali tidak disetujui. Namun, berkat dukungan teman-temannya, semangatnya kembali menyala.
Annisa aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Bahasa dan Sastra Arab, menjabat sebagai anggota kesekretariatan pada tahun 2022–2023, dan dipercaya sebagai bendahara umum pada tahun 2024. Ia mengaku bahwa aktivitas organisasi tidak terlalu mengganggu kuliah, karena mampu memanajemen waktu dengan baik.Menurut Annisa, dukungan terbesar yang ia dapatkan selama kuliah datang dari teman-temannya yang selalu bahu-membahu. Salah satu dosen yang sangat menginspirasi baginya adalah Ustadz Zulkhairi Sofyan dosen yang awalnya ia anggap terlalu banyak bercanda di dalam kelas, tetapi kemudian ia sadari adalah sosok yang sangat peduli dan perhatian terhadap mahasiswa.
Setelah meraih gelar sarjana, Annisa berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, tetap di bidang Bahasa dan Sastra Arab. Ia juga memiliki keinginan kuat untuk mengabdi di pesantren.
“Saya ingin mengabdi di sebuah pesantren, agar ilmu yang saya didapat selama perkuliahan tidak sia-sia” ucapnya
Ketika ditanya tentang kenangan terbaik semasa kuliah, Annisa menjawab bahwa ia ingin mengulang momen-momen berkumpul di kantin bersama teman-teman, dan suasana saat ujian masa-masa yang sangat membekas dalam ingatannya.
Annisa berpesan kepada mahasiswa lainnya untuk tetap fokus pada diri sendiri, menjadi diri sendiri, dan menjalani hidup sesuai dengan apa yang diinginkan, bukan apa yang orang lain tetapkan. Jika harus menggambarkan dirinya dalam satu kata, Annisa memilih kata “not bad” ungkapan sederhana yang mencerminkan kerendahan hatinya.[]
Reporter : Rosliani Br Tumangger
Editor : Aininadhirah