Malam Tahun Baru, Langit Aceh Sunyi
Sumberpost.com | Banda Aceh – Malam pergantian tahun baru seringkali diidentikkan dengan dentuman kembang api, petasan, dan trompet. Namun, suasana tersebut tidak terasa di Negeri Serambi Mekkah, mencakup Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan sekitarnya.
Langit di wilayah ini tetap hening, memberikan suasana yang berbeda dibandingkan daerah lain di Indonesia.
Pada malam tahun baru, Negeri Serambi Mekkah tetap tenang, seperti malam-malam biasanya. Meskipun ada peningkatan aktivitas warga di jalan, ketenangan tetap mendominasi suasana.
Banyak warga merasa nyaman dengan tidak adanya kebisingan dari petasan atau kembang api.
“Saya merasa nyaman karena tidak ada suara petasan yang mengganggu,” ujar Satria Pribadi (19), seorang warga Desa Payaroh, Darul Imarah, Aceh Besar, pada Rabu (1/1/2025) dini hari.
Keputusan untuk tidak merayakan tahun baru dengan kembang api, petasan, dan trompet mencerminkan nilai-nilai syariat Islam di Aceh.
Rajihan Alfida (20), seorang mahasiswa yang tinggal di desa tetangga, turut mengapresiasi ketenangan malam tersebut.
“Sebagai warga yang tinggal dekat dengan Desa Payaroh, saya merasa nyaman tanpa dentuman kembang api atau keramaian. Ini menunjukkan nilai syariat Islam masih sangat kuat di Aceh. Saya berharap suasana seperti ini bisa terus dijaga hingga generasi mendatang,” katanya penuh harap.
Melalui Antaranews.com, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh sebelumnya telah memberikan panduan terkait perayaan tahun baru melalui Tausiyah Nomor 13 Tahun 2024.
Ketua MPU Aceh, Tgk Faisal Ali, menyebutkan bahwa masyarakat diperbolehkan merayakan malam tahun baru, namun dengan aktivitas yang sesuai syariat Islam.
“Kegiatan tersebut (tahun baru) agar lebih difokuskan pada dzikir, wirid, doa, tafakkur, membaca Al-Quran, ceramah agama, dan sejenisnya,” kata Tgk Faisal Ali.
MPU juga menegaskan agar masyarakat menghindari kegiatan yang bertentangan dengan syariat, seperti meniup terompet, menyalakan lilin, kembang api, musik hingar bingar, dan aktivitas serupa.
Ketentuan ini menjadi panduan bagi masyarakat Aceh untuk tetap menjaga harmoni antara tradisi dan nilai spiritual. Hasilnya, ketenangan di Banda Aceh dan Aceh Besar tidak hanya memberikan kenyamanan bagi warganya tetapi juga menjadi pengingat bahwa perayaan tidak selalu identik dengan keramaian.
Negeri Serambi Mekkah membuktikan bahwa keheningan dapat menjadi simbol perayaan yang bermakna. Di tengah modernisasi yang sering membawa pergeseran budaya, Aceh menunjukkan bahwa tradisi dan nilai-nilai spiritual tetap dapat dijaga.
Tahun baru di Aceh adalah tentang ketenangan, kedamaian, dan refleksi, sebuah warisan berharga yang patut diteruskan oleh generasi mendatang.[]
Reporter : Irza Azka Amalia (Mag)