Puisi “Kopi” Bensu Elianita
Tahu Kah Kau
Peluh yang keluar itu untukmu
Keringat yang bercucur itu untukmu
Basah karenamu
Bajuku kehilangan corak diterpa matahari dan hujan juga karenamu
Kau adalah harapan
Harapan keluarga besarku
Kau adalah masa depan kota dinginku
Aneh jika sehari saja lidah tak menyentuh manis pahitmu
Ada yang kurang jika tak ternikmati
Tahu kah kau apa yang kurasa
Kini dirasakan juga oleh mereka
Kau berhasil menghipnotisnya
Saat ini namamu tidak asing di mata dunia
Ketika orang-orang datang
Tentangmu lah yang pertama kali mereka tanyakan
Kopi
2012
—
Seteguk Kopi Hitam
Dahan kayu kering
Dari batang yang tertancap gagah
Mulai menampakan baranya
Batang kayu dari pohon kopi
Hangat ketika ia dijadikan songkoten
Hujan yang memuntahkan air
Berganti rintik
Seteguk kopi hitam
Menyetarakan hangatnya opoh ules
Batang kayu yang tak sempurna keringnya
Mengepulkan asap
Membuat mata berkunang
Seteguk kopi hitam mengubah kerlip menjadi senyum
Sambil mencari sandaran punggung
Sebatang rokok yang diselipkan di antara jari
Menatap atap gubuk yang juga menghitam
Seteguk kopi hitam mengajak berpikir
Akankah aku bisa merubah nasib, membayangkan anak – anakku
Yang berlari dipelatarannya
Seteguk kopi hitam
Menyelipkan pulpen di sela nikmat dan mimpi petani kop
2012
—
Bensu Elianita:
adalah putri bungsu dari enam bersaudara petani kopi Gayo pasangan M. Yusuf Aman Yus dan Mariana Inen Yus. Lahir di Bukit Sama 13 oktober 1990. Gadis yang tumbuh dan besar dari butiran emas merah dan hijau rerantingan perdu kopi ini sekarang masih tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Adab IAIN Ar – Raniry Banda Aceh. Menulis puisi kopi baginya adalah sebuah cara berterimakasih kepada Sang Pencipta yang telah menganugrahi Gayo dengan tumbuhan kehidupan.
Puisi ini telah lulus seleksi tahap pertama dan menjadi nominator karya yang akan dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Secangkir Kopi” terbitan oleh The Gayo Institute (TGI) dengan editor Fikar W Eda dan Salman Yoga S.
Sumber: Lintas Gayo.com