Tahukah Anda Apa Itu Rhesus?
Dewasa ini mulai banyak hal yang diperbincangkan masalah penggolongan darah. Bukan golongan darah A, B, AB, dan O saja yang kini orang kenal. Saat ini golongan darah tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian berdasarkan sistem penggolongan darah Rhesus, positif dan negatif.
Meski sudah ditemukan sejak tahun 1940, namun Antigen Rhesus yang terdapat di dalam sel darah merah manusia yang memisahkan kedua golongan darah ini, mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1980an. Namun tetap saja, wacana Rhesus mulai meluas pada beberapa tahun belakangan.
Rhesus sebenarnya diambil dari nama salah satu kera yang banyak ditemui di Cina dan India. Kera rhesus ini juga menjadi alat eksperimen Landsteiner dan Weiner dulu. Mereka lah yang menemukan Antigen Rhesus. Sebelum ditemukan antigen ini, orang-orang masih beraggapan bahwa darah A bisa ditransfusikan dengan sesama A. begitu juga dengan darah yang lainnya, terkecuali O yang bisa ditransfusi kemana saja.
Mulanya Landstainer melakukan transfusi darah kepada seseorang dengan darah yang sama. Namun beberapa saat setelah melakukan transfusi, tubuh si pasien melakukan aksi penolakan terhadap darah yang baru disalurkan.
Atas kejadian itu, Landsteiner bingung dan kembali melakukan penelitian perihal penolakan darah tersebut. Untuk memperlancar percobaannya itu, ia menggunakan darah kera rhesus untuk kemudian menyuntikkannya ke guinea pigs dan kelinci dengan menyuntikkan ke sel darah merah tersebut, maka mereka membentuk antibodi terhadap sel darah merah kera rhesus. Reaksi tersebut kemudian dicampurkan dengan sel darah merah manusia dari berbagai individu.
Reaksi itu seterusnya diamati dan akhirnya diketahui positif dan negative. Positif jika sel darah merahnya lisis dan negative bila tidak lisis
Dari eksperimen yang dilakukan oleh dua orang peneliti tersebut muncul reaksi positif sebanyak 85 persen, selebihnya 15 persen negative.
“Rhesus negative itu banyak terdapat di Luar negeri, orang-orang bule banyak yang berhesus negative. Di Indonesia tidak banyak, hanya satu persen dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 200 juta orang lebih. Jadi masalah rhesus itu kurang mencuat ke permukaan,”kata Koordinator Rhesus Negatif Sumatra Bagian Utara, Dr. Natalina Christanto.
Lebih lanjut wanita berdarah O negatif ini mengatakan hanya sekitar 1,2 juta penduduk Indonesia yang mempunyai rhesus negatif. “Kalau di Aceh secara keseluruhan kita belum dapat data statistik pastinya, hanya saja kalau dari data milik saya, tercatat hanya di 44 orang yang mempunya Rhesus Negatif, dan terbanyak berada di Banda Aceh, Bireuen, dan Lhokseumawe,” kata wanita kelahiran 22 desember 1977 ini.
Tercatat hanya Aceh dan Padang dari seluruh daerah di Indonesia yang penduduknya banyak memiliki darah langka tersebut. Hal itu tak terpisah dari kisah masa lalu. Aceh dan Padang sejatinya sejak dahulu menjadi pelabuhan dagang bagi para pedagang dari luar negeri. Dari perdagangan tersebut tentunya ada yang menjadi memilih tinggal disana dan menikah dengan penduduk lokal.
85 persen orang Eropa Barat dan Amerika Utara memiliki darah dengan rhesus negatif. Diperkirakan ada beberapa pedagang yang singgah di Aceh dan Padang berhesus negatif sehingga penyebaran Rh- tersebut menjalar disana.
Pemilik darah ini pun tidak menentu adanya. Untuk tahun 2012 mulai September hingga Desember saja sudah tujuh orang pemilik Rh- di Aceh meninggal dunia. Kesemua itu bukan karena kekuranga darah, melainkan karena mengidap suatu penyakit.
“Ada yang saat operasi kekurangan darah, ada yang pendarahan hebat. Saat dibutuhkan darah segera, eh susah nyari darah, dan tidak bisa tertolong lagi hingga akhirnya meninggal dunia,” sambung Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Unjani, Bandung tersebut.
Ia mengharapkan untuk Aceh, pemerintah bisa melakukan suatu kebijakan tentang fasilitas yang di dapat oleh para pemilik Rh- saat membutuhkan darah.. “Contohnya seperti di Jawa Barat, setiap ibu hamil diperiksa darahnya, jika kedapatan memiliki Rh- maka langsung disediakan pendonor siaga, sehingga mereka bisa lebih tenang saat tiba-tiba kekurangan darah,” ujarnya.
Mitos Dan Karakter Tak Terbukti Rh-
Semenjak rhesus negarif menjadi perbincangan publik khususnya di Aceh, berbagai mitos dan karakter pun muncul meski kebenarannya masih diragukan. Salah satu mitos yang sangat krusial adalah jika seorang pemilik rhesus negatif menikah dengan pemilik rhesus positif maka dikhawatirkan tidak bisa memiliki anak.
Namun hal tersebut dibantah oleh Dr. Natalina dengan mudah. Menurutnya rhesus itu tidak mempengaruhi suburnya seorang wanita untuk kehamilan. Mitos yang menakutkan itu dibuktikan sendiri. “Saya berdarah O min (-) , sedangkan suami saya O plus (+), buktinya saya punya anak kok, si Sultan,” katanya sambil tertawa.
Menurutnya, yang mempengaruhi kesuburan bukan rhesus melainkan sistem reproduksi pria dan wanita misal, kualitas sperma suami, kondisi sel telur istri, hormon-hormon reproduksi, serta ada tidaknya gangguan pada sistem reproduksi. “Antigen dalam sel darah merah itu kan sampai saat ini belum diketahui apa fungsinya,” jelasnya.
Selain mitos yang tidak terbukti itu, ada juga muncul dari beberapa peneliti tentang karakter-karakter yang dimiliki oleh pemilik rhesus. Menurut Dr. Natalina, ada beberapa peneliti yang meneliti masalah rhesus mengatakan pemilik rhesus negative mempunyai beberapa cirri, seperti mata coklat, suhu tubuh yang berbeda dengan yang lainnya, punya indra keenam, tingkat nalar yang tinggi dan yang lainnya.
“Tapi itu tidak ada, belum ada pembuktiannya, kita kan tidak tau apa fungsinya antigen rhesus itu,” katanya lagi.
Menurutnya, masalah rhesus ini harus diketahui secara luas oleh semua orang. Yang belum mengetahui masalah ini hendaknya memeriksa ke dokter. Jika ternyata memiliki rhesus negatif, maka sebaiknya segera bergabung dengan komunitas Rh- agar dapat bertemu dengan sesama pemilik Rh-.
“Jika Ibu hamil harus periksa baik-baik, dan bergabung dengan komunitas Rh-, jadi saat membutuhkan darah, tidak terlalu sulit mencarinya,” ujarnya.
Rh- menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian orang yang memiliki darah tersebut. Padahal mereka sendiri tidak mengetahui apa tujuan Allah menciptakan hal yang demikian. Tuhan punya rahasia dibalik rahasia. [rm]