Sumberpost.com | Banda Aceh – Dialog spektakuler “Studi Islam di Barat, Antara Maslahat dan Mudharat” sukses menuai antusias berbagai kalangan. Aula Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UIN Ar-Raniry terlihat sesak oleh mahasiswa, dosen, maupun perwakilan dari beberapa lembaga. Tidak sedikit yang berdiri saat mengikuti dialog tersebut.
Dialog yang di gelar Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah dan Dewan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Jumat (16/1) untuk meluruskan pemahaman mahasiswa terkait fenomena yang terjadi di Aceh belakangan ini.
Moderator acara, Irfan Shiddiq mengatakan ingin mengetahui pandangan pembicara mengenai studi Islam di barat. Pembicara yang di hadirkan punya latar belakang yang berbeda-beda, yaitu Jabbar Sabil, alumnus Dayah MUDI Mesra Samalanga. Fuad Mardhatillah, alumnus McGill University Montreal Canada, dan Masrul Aidi, alumnus Universitas Al-Azhar Mesir.
“Ini semua proses belajar, diskusi ini juga mengikuti topik yang ada di kampus dan berkembang di masyarakat. Acara ini terkait dengan oknum dan alumni yang belajar di wilayah barat, untuk mengetahui pandangan mereka tentang studi Islam di barat,” terang Irfan.
Jabbar Sabil mengatakan, dengan terpenuhinya informasi yang cukup, manusia bisa membuat banyak pertimbangan. Menurutnya, dunia sekarang sudah bebas nilai karena efek dari di pisahnya ilmu dengan amal.
“Lihat saja alam kita sekarang di eksploitasi habis-habisan. Masyarakat barat hari ini, anak-anak yang tidak baik dan berkata kotor kepada orang tua dianggap biasa saja, karena cara berpikir mereka (barat) sudah irrasional,” kata Jabbar saat memaparkan materinya.
Sementara itu, Fuad mardhatillah mengingatkan peserta dialog agar jangan sekedar mewarisi ilmu Islam, tapi harus lebih kritis, “Jangan waktu di suruh pertanggung jawabkan nggak bisa. Islam adalah agama yang luas (pembahasan),” ujarnya.
Dikatakan Fuad, jalan dan cara untuk memastikan Islam itu tinggi ialah dengan membaca. Berbeda dengan pemahaman saat ini,iqra hanya di artikan sebagai membaca tanpa menerapkan. Masyarakat juga salah mengartikan kata pluralisme. Menurutnya, pluralisme ialah perhargaan terhadap perbedaan, bukan semua agama ialah sama.
Abdul hadi firsawan, Elsa isnanda