Magic Fakir Hadir di Seni Tradisional
Sumberpot.com | Banda Aceh – Suasana seketika sunyi ketika seorang pria berpakaian serba hitam berdiri diatas panggung. Lampu dalam gedung Ali Hasjmy UIN Ar-Raniry dipadamkan. Musik khas magician kemudian menggema disetiap sudut panggung, hanya sedikit cahaya menerangi.
Kepala pria itu dibalut kain hitam gaya pesulap. Tidak lama, dua orang naik ke atas panggung membawa belati dan pedang. Penonton sontak bersorak. Pria itu mengambil kedua senjata tajam yang dibawa. Lalu membenturkan keduanya hingga berbunyi “Ting, Ting”. Menunjukkan senjata itu asli.
Ia lalu meletakkan pedang di lantai. Tangan kanannya memegang sebilah belati. Ia mengangkat tangan kanannya, menunjukkan belati itu kepada penonton. Suara penonton riuh rendah. Dengan gerakan cepat, tangan kanannya menusukkan belati ke paha kirinya. Beberapa kali aksi itu dilakukan. Penonton berteriak histeris.
Tepuk tangan diberikan penonton kepada pria itu ketika ia menunjukkan belati tadi sudah bengkok oleh pahanya.
Kini, pedang digenggam dengan tangan kanan pria berpakaian serba hitam itu. Kembali ia menunjukkan pedang kepada penonton. Mata pedang sepanjang satu meter itu diletakkan di dada kiri Munawir, lelaki yang memainkan sulap jenis fakir tersebut.
Seisi gedung tegang. Dengan gerakan cepat dan menghentak, mata pedang ia tekan ke dadanya. Aksi itu diulang beberapa kali oleh munawir, hingga badannya membungkuk.
Ketika berdiri, ia mengangkat tangan kanannya seraya memerlihatkan pedang yang sudah bengkok. Penonton kembali memberikan tepuk tangan.
Tiga orang masuk membawa dua kursi yang disusun sejajar secara horizontal menghadap penonton. Munawir melakukan ritual. Tidak lama setelah itu ia rubuh. Dua orang mengangkat tubuhnya ke atas kursi. Sedang satunya mengambil palu berukuran besar dan mengayun-ayunkan palu di atas perut Munawir.
“Aaaa, Aaaa, Aaaa,” histeris penonton setiap kali palu diayunkan. “Aaaaaah,” kali ini ungkapan kecewa penonton lantaran palu tidak jadi dihantam ke perut pemeran sulap. Tapi, tiba-tiba seseorang membawa sebuah semangka dan ditaruh di atas perut Munawir.
Sebuah pedang baru, diambil dan kembali di ayunkan ke badan Munawir. Penonton kembali histeris. Di ayunan ketiga, pedang diayunkan hingga membelah semangka di atas perut Munawir. Namun, badan munawir tidak ikut terbelah atau terluka. Penonton memberikan tepuk tangan untuk aksi itu.
Diakhir pertunjukan, Munawir ingin mengatakan kepada masyarakat Aceh, bahwa semua orang harus percaya pada diri sendiri dan Allah, bukan oleh jimat. Kendati, selama ini, masyarakat Aceh dikenal mempunyai sihir.
“Kita harus yakin, hidup ini bukan karena jimat,” tuturnya, Sabtu (13/6/2015) malam.
Pria kelahiran Lhoksumauwe ini berhasil memukau ribuan penonton yang menyaksikan aktraksinya dalam pegelaran seni oleh Sanggar Seni Seulaweuet UIN Ar-Raniry.
Pria berkulit sawo matang ini mengaku sudah menekuni sulap aliran magic fakir sejak kecil. Namun baru ketika duduk di Sekolah Menengak Atas ia berani tampil di atas pentas. Ayahnya pemain debus. Hal itulah yang melatarbelakangi Munawir bermain magic fakir.
Debus dan magic fakir mempunyai perbedaan pada musik yang dimainkan. Debus, harus dimainkan bersama rapa’i, sedangkan magic fakir, bebas. []
Abdul Hadi F