Budaya Joki Tugas : Merugikan atau Menguntungkan untuk Mahasiswa?
Sumberpost.com| Banda Aceh – Joki tugas sudah menjadi trend di kalangan mahasiswa. Tak heran, bila banyak mahasiswa menjadikannya sebagai peluang mata pencaharian yang menguntungkan. Joki tugas memang solusi yang paling solutif jika dilihat dari perspektif memperoleh nilai yang bagus. Namun, dibalik itu ada tanggung jawab dan moral yang terabaikan. Sehingga menjadi cikal bakal turunnya kualitas sumber daya manusia.
Dr Mumtazul Fikri, selaku wakil dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) bidang kemahasiswaan dan kerjasama mengungkapkan pandangannya terkait joki tugas yang sangat marak di kalangan mahasiswa.
“Dari segi pendidikan tentunya negatif, setiap dosen memberikan tugas pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Ada sasaran yang ingin diketahui kemampuan mahasiswa terkait materi tertentu,” ungkap Mumtazul Fikri.
Joki tugas secara tidak disadari adalah upaya pembodohan bagi mahasiswa. Sehingga membuat semangat belajar berkurang dan penyempitan pandangan tentang pentingnya ilmu dan kedewasaan dalam mengahadapi kehidupan. Pada dasarnya usia mahasiswa adalah usia produktif untuk belajar. Tugas yang diberikan oleh dosen harusnya dijadikan sarana pengembangan ide-ide bagi mahasiswa.
Dr. Mumtazul Fikri juga mengatakan bahwa dalam aspek penilaian tentunya tugas bukan lah satu satunya yang menjamin nilai yang bagus. Tetapi aspek kehadiran, keaktifan, sosial dan karakter tentunya menjadi perhatian dan pertimbangan dosen saat memberikan nilai pada mahasiswa.
“Mahasiswa yang menerima joki berarti hanya memiliki kecerdasan kognitif. Tidak disertai dengan kecerdasan religius dan karakter. Hari ini dia pintar dengan ilmunya, tetapi ketika dia sudah memiliki peran dalam masyarat. Tentu dia akan membuat hal yang tidak menguntungkan bagi orang lain,” kata Dr Mumtazul Fikri.
“Joki tugas harus dihindari, dosen yang mengetahui hal tersebut, baik itu yang memakai jasa joki tugas atau yang menerima joki tidak boleh ditoleril,” lanjutnya.
Indonesia sedang dalam bonus demografi, artinya usia produktif lebih mendominasi dari usia non produktif. Jika anak muda terlebih lagi mahasiswa yang notabene tumpuan serta harapan bangsa, kemudian rusak dalam segi karakter dan religi, bagaimana dengan bangsa ini nanti?
“Walaupun ada joki, kemampuan itu bisa di ukur. Tugas itu satu dari sekian banyak ukuran untuk nilai. Lainya ada final dan ujian tengah semester yang dapat diukur secara langsung,” pungkasnya. []
Reporter: Rauzatul Jannah
Editor : Anzelia Anggrahini