Dianggap Tak Transparan dalam Informasi, Mahasiswa Kritik Kinerja Ormawa Psikologi
Sumberpost.com | Banda Aceh – Mahasiswa berinisial XN (nama samaran) layangkan kritikan tajam terhadap kinerja Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang dianggap tak transparan dan tidak mewakili suara mahasiswa dalam menangani permasalahan gedung Fakultas Psikologi, Selasa,(05/11/2024).
“Kami terus mempertanyakan kelanjutan terkait gedung psikologi karena terus mendapat penguluran kejelasannya. Namun, tidak ada kepastian. Kami menyuarakan ini dari awal pemindahan gedung. Kami sudah pernah menanyakan hal ini secara pribadi kepada ketua Ormawa, namun tidak mendapatkan jawaban pasti,” jelasnya saat diwawancarai sumberpost.
Lanjutnya, ia menuntut gedung yang mencantumkan identitas psikologi lantaran saat ini mahasiswa psikologi tidak memiliki satu gedung pasti untuk melangsungkan pembelajaran.
“Kami menyayangkan adik-adik kami yang harus berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk masuk kuliah. Ditambah lagi, jarak satu gedung ke gedung lainnya itu tidak dekat. Bagaimana dengan mereka yang memiliki jeda mata kuliah hanya 5 menit. Masalahnya, Uang Kuliah Tunggal (UKT) terus meningkat,” paparnya.
Di saat yang bersamaan, mahasiswa XY (nama samaran) menyebutkan, ia tetap mempertahankan gedung psikologi yang lama lantaran pengaturannya sesuai kebutuhan jurusan psikologi.
“Kenapa kami mempertahankan gedung psikologi. Peletakkan pertama gedung psikologi sudah diatur dengan desain khusus psikologi. Pengaturan Lab khusus laboran praktikum dan lab konseling sudah memenuhi standar,” tuturnya.
Lanjutnya, kami sempat mengajukan dialog terbuka dengan rektor, meminta kepastian terkait gedung psikologi. Namun, ini tidak disanggupi pihak Ormawa dan fakultas. Harapnya, Ormawa dapat Lebih terbuka dan transparansi kepada mahasiswa.
“Mereka seolah-olah merasa seperti di tuntut, padahal jika memposisikan diri sebagai mahasiswa, bisa lebih pro-mahasiswa. Seharusnya merekalah yang menyuarakan kami ,” ujarnya.
Tak sampai disitu, XY juga mengkritik Senat Mahasiswa (SEMA) psikologi yang seharusnya menjalankan fungsi monitoring, evaluasi dan aspirasi mahasiswa.
“Fungsi monitoring, evaluasi, aspirasi ada pada mereka. Bukan hanya bergantung pada link aspirasi, melainkan menemukan aspirasi. Padahal, mereka juga dari kalangan mahasiswa. Sama-sama bayar UKT. Tapi sudah merasa elit,”tuturnya.
Menanggapi hal ini, Alhafiz Hidayat, selaku ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry mengaku belum terlalu familiar dengan penggunaan media.
“Kami akui kesalahan kami karena ketidaktahuan dan ketidaksadaran akan seberapa penting hal itu,” ujarnya saat diwawancarai Sumberpost.
Hal ini tak terlepas dari paradigma organisasi, dimana pada kebiasaannya, fungsi media sebagai penyebar informasi hanya pada SEMA.
“Sejauh ini kami akan meminta SEMA untuk menaikkan pemberitaan yang berkaitan dengan regulasi. Pandangan kami, divisi aspirasi komisi tanggap isu mahasiswa SEMA yang menjalankan tugas itu. Maka dari itu, setiap ada progres audiensi dan hasilnya, himpunan tidak mempublish itu. Biasanya kami hanya menambahkan postingan SEMA ke Snapgram,” jelasnya.
Menurutnya kritikan ini merupakan bentuk penyadaran akan seberapa pentingnya keterbukaan informasi.
“Ini jadi pelajaran bagi kami. Selama ini, kami tidak terlalu familiar dengan pemberitaan di sosial media. Mulai saat ini, kami akan menggunakan fungsi media,” ujarnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Fauzan Azhari, selaku Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) psikologi menyebutkan, pihaknya memang belum menggunakan sepenuhnya media untuk menyebarkan informasi.
“Memang secara media kami kurang dalam menyebarkan informasi. Namun kami pernah membuka dialog letting dengan dosen pasca rapat dengan rektor untuk pertama kali terkait gedung psikologi,” katanya.
Kegiatan ini menurutnya lebih efektif, agar mahasiswa dapat bertanya dan mendapat informasi secara langsung. Tak hanya itu, ia juga menyampaikan informasi terkait audiensi dengan rektor melalui tongkrongan. Ia juga menyoroti hal sisi positif dari kritikan yang dilontarkan terhadap Ormawa psikologi.
“Sisi positifnya dari kritikan ini, kalau kami up dari awal, mahasiswa mengira tuntutan perjuangan ini hanya berada di pundak Ormawa. Tapi ketika mereka sekarang sadar bahwasannya ada yang perlu diperjuangkan dan mengkritik kami. Mari kita berjuang bersama,” ujarnya.
Disaat yang bersamaan, Kiswah selaku ketua SEMA psikologi menyampaikan pihaknya terus mempublish kegiatan yang telah mereka lakukan.
“Sebenarnya kami publish, tapi hanya di snapgram. Kami hanya mempublish yang penting di feed, seperti halnya surat pemberitahuan. Setelah itu, kami juga mempublish kegiatan kami di Snap Whatsapp masing-masing,” pungkasnya.[]
Reporter : Rauzatul Jannah
Editor : Anzelia Anggrahini