Debat Capresma UIN Ar-Raniry, Demokrasi di Tengah Sepinya Liburan

Sumberpost.com|Banda Aceh – Komisi Independen Pemilu (KIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh kembali menyelenggarakan debat Calon Presiden Mahasiswa (Capresma) periode 2025. Kegiatan ini berlangsung di Museum Teater UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Sabtu (11/1/2024).

Berbeda dengan tahun sebelumnya, debat kali ini hanya disaksikan sebagian kecil mahasiswa UIN Ar-Raniry, dikarenakan pelaksanaan debat ini disaat masa libur perkuliahan. Menurut data yang sumberpost dapat di lapangan, hanya 74 mahasiswa yang terdaftar pada registrasi. Meskipun dengan penonton yang tidak sebanyak tahun lalu, debat sukses diselenggarakan.

Ketua KIP, Baqir Anhari, mengungkapkan bahwa tantangan utama dalam pelaksanaan debat kali ini adalah kurangnya jumlah anggota KIP yang bertugas lantaran telah pulang ke kampung halaman masing-masing.

“Tidak ada kendala besar dalam pelaksanaan debat, Hanya saja sebagian anggota KIP sudah pulang ke kampung. Namun, beberapa pihak dari Senat Mahasiswa (SEMA) membantu kelancaran acara ini. Kendalanya lebih kepada suasana debat yang terasa kurang asik karena sepi,” jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa KIP bersikap netral dalam menyelenggarakan Debat ini.

“Kalau dilihat dari segi efisiensi demokrasi, kami sudah bekerja dengan efisien. Sebagai pihak penyelenggara, kami netral, tidak memihak baik kepada pasangan calon (paslon) satu maupun dua,” tambahnya.

Riziq Elfathir, mahasiswa jurusan Psikologi semester 1 serta merupakan salah satu penonton debat mengungkapkan, hal ini merupakan pengalaman pertama baginya semenjak menjadi mahasiswa. Ia merasa penasaran dengan lingkup organisasi di kampus, mengingat sebelumnya ia juga aktif mengikuti organisasi di sekolah.

“Saya ingin melihat perbandingannya antara di kuliah dan di sekolah, karena saya masih semester 1 dan penasaran dengan debat ini,” ujarnya.

Ia juga menanggapi bahwa menurutnya kampus tidak hanya berfokus pada kontestasi politik, hal ini disebabkan banyak perspektif yang datang dari mahasiswa tentang hal tersebut.

“Mahasiswa itu harus berkoar-koar, menanggapi segala isu yang ada. Namun menurut saya, kampus juga bukan hanya tentang itu, melainkan tempat ilmiah, bukan hanya retorika, tetapi juga dalam bentuk solusi nyata, seperti jurnal-jurnal yang dikeluarkan,” jelasnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa ia baru mengetahui sistem pemilihan presiden mahasiswa menggunakan Musyawarah Besar (Mubes) yang dipilih oleh perwakilan mahasiswa.

“Oh, jadi ini tidak memilih ya? Saya masih awam, jadi belum tahu sistemnya. Pas Pengenalan Budaya dan Akademik Kampus (PBAK) kemarin, tidak ada sosialisasi jelas tentang ini,” ujarnya.

Menanggapi suasana debat yang sepi, Riziq mengungkapkan beberapa pandangannya. Mulai dari rasa ingin tahu mahasiswa yang kurang, hingga keterlambatan SEMA dalam memberikan informasi mengenai debat ini.

“Menurut saya tidak banyak yang menghadiri debat ini karena jiwa rasa ingin tahu mahasiswa itu kurang. Hal lain saya pikir juga karena kurangnya sosialisasi dari SEMA. Acaranya juga mendadak, saya tadi pagi melihat informasi ini di Instagram SEMA,” pungkasnya. []

Reporter : Riska Amelia (mag)

Editor : Anzelia Anggrahini