6 Januari 2015 Oleh Redaksi Off

Bolehkah Kita Memperingati Maulid ?

Wahai kekasih ALLAH !!!

bolehkah kami mengingatmu dengan suatu perayaan???

Nabi Muhammad SAW adalah seorang pahlawan revolusioner yang tiada tandingannya saat ini, bahkan seterusnya. Nabi Muhammad juga merupakan nabi setiap umat Islam di seluruh dunia. Beliau merupakan nikmat terbesar yang Allah berikan kepada alam semesta. Ketika manusia saat itu berada dalam kegelapan syirik, kufur dan tidak mengenal Rabb pencipta mereka.

Mereka mengalami krisis spiritual dan moral yang luar biasa. Nilai–nilai kemanusiaan sudah terbalik. Penyembahan berhala merupakan suatu kehormatan, perzinaan  menjadi sebuah kebanggaan, mabuk dan berjudi melambangkan kejantanan, bahkan merampok serta membunuh pun merupakan suatu keberanian bagi mereka saat itu.

Disaat seperti itu rahmatanlil’alamin memancar dari jazirah Arab. Allah mengutus seorang rasul yang ditunggu oleh alam semesta untuk menghentikan semua kerusakan itu dan membawanya menuju cahaya ilahi. Beliau adalah nabi akhir zaman. Penutup para nabi (Khotamun Nabiyyin). Tidak akan ada nabi yang akan diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya setelah Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad lahir pada 12 Rabiul Awal tahun gajah, di kota Mekkah dan wafat di kota Madinah. Beliau lahir dengan penuh keajaiban. Di antaranya ketika lahirnya Nabi Muhammad, seluruh pepohonan yang tidak pernah berbuah langsung berbuah waktu itu, api yang tak pernah padam dan menjadi sesembahan warga Majusi, ketika beliau lahir  api itu langsung padam dengan sendirinya. Kemudian, ketika beliau lahir sang ibu tak merasakan sakit sedikitpun, tidak ada darah bercecer bekas melahirkan, dan masih banyak lagi keajaiban-keajaiban yang terjadi ketika kekasih allah ini di lahirkan kedunia.

Maksud dan tujuan memperingati maulid Nabi SAW.

Peringatan maulid  merupakan upaya untuk mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tentu saja tidak hanya mengingat hari lahir beliau, tapi juga mengingat jasa-jasa beliau yang telah menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia termasuk kepada kita.

Ingat juga pada sifat-sifatnya yang lemah lembut, penyabar, rendah hati, dan jujur sehingga beliau mendapat julukan al Amin. Sikapnya yang tegas menyebarkan dakwah Islam patut kita teladani. Makna peringatan maulid ialah menyegarkan kembali ingatan kita akan ajaran Nabi  dan kita harus siap untuk melaksanakannya.

Memperingati hari lahir tidak boleh hanya sebagai kegiatan ritual semata. Tapi harus diaplikasikan atau diwujudkan dalam aktivitas nyata kita di kehidupan sehari-hari. Jika ada yang memperingati maulid dengan menyediakan makanan dan buah-buahan itu sah-sah saja dan tentu saja halal. Yang paling penting adalah niatnya. Karena segala sesuatu itu tergantung pada niat kita.

Menyiapkan makanan dan buah-buahan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW tentu baik, apabila niatnya untuk memperbanyak sedekah kepada orang yang kita undang untuk peringatan maulid. Jika kita mampu mengapa kita tidak ajak orang berkumpul sambil membaca shalawat setelah itu menghidangkan makanan ala kadarnya sesuai dengan kemampuan kita.

***

Akan tetapi, terdapat selisih paham oleh umat islam mengenai perayaan maulid. Perbedaan pandangan tentang hukum merayakan maulid Nabi SAW sudah ‘dilakoni’ sejak dulu.  Wahabi misalnya, kaum ini sudah terkenal kontra terhadap perayaan maulid Nabi Muhammad. Ada pula yang menyebutkan merayakan maulid haram karena berarti syirik.  Meski demikian, sudah menjadi tradisi bagi umat Islam dunia untuk merayakan maulid, tak terkecuali Aceh.

Masih di Aceh, perayaan maulid saban tahun berlangsung meriah, dari makan-makan (kenduri), bersalawat, hingga ceramah maulid. Di kampung-kampung, maulid menyatukan  anak-anak hingga orang tua untuk turut berpartisipasi di dalamnya. Ini juga mempererat silturahmi dengan saudara.

Meskipun menuai pro dan kontra, tentu saja itu jangan dijadikan suatu alasan untuk saling tuding, menjelekkan dan jangan saling menghujat. Perbedaan pandangan sudah pasti ada, karena perbedaan itu adalah suatu rahmat bagi kita semua.

Khairun Niswati, lahir di Cebrek, 5-4-1995. 

Penulis merupakan mahasiswa semester III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.