Reaksi Milenial Pasca Transmisi Lokal Covid-19 di Aceh
Sumberpost.com | Banda Aceh – Pandemi Covid -19 masih menyerang dunia hingga saat ini. Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak dengan jumlah kasus terkonfirmasi mencapai 54.010 orang. Hal ini menyebabkan beberapa aktivitas di luar rumah terpaksa dihentikan sementara. Akan tetapi, memasuki bulan Juni 2020, Indonesia mulai menerapkan kebijakan New Normal.
Aceh merupakan salah satu provinsi yang mengalami pelonjakan jumlah kasus dari sebelumnya hanya tercatat 5 kasus, kini mencapai 79 kasus. Meski demikian, masih banyak warga Aceh dari berbagai kalangan baik tua maupun muda tetap beraktivitas di luar rumah untuk bekerja, berbelanja atau bahkan nongkrong bersama teman-teman. Lalu bagaimana sebenarnya reaksi para milenial menanggapi pasca adanya transmisi lokal di Aceh saat ini?
Kaum milenial cenderung mulai kurang peduli karena jenuh akan aturan beberapa waktu untuk tetap di rumah saja. Apalagi saat ini Indonesia sendiri sudah menerapkan kebijakan New Normal.
Meskipun rasa ketakutan tetap tak bisa dihindari, sebagian beranggapan bahwa tak masalah apabila nongkrong bersama teman- teman, baik untuk sekedar buat tugas atau hanya sekedar ngobrol, selama tetap mematuhi protokol kesehatan dan tidak berinteraksi dengan orang asing.
“Rasa takut tentu saja ada. Tetapi selama nongkrong kami selalu mencoba mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker, handsanitizer, mencuci tangan, serta menjaga jarak agar tidak terlalu berdekatan dengan teman,” Ujar Miska.
“Kalau kita terus-terusan takut secara berlebihan, sepertinya kita akan merasa semakin kesusahan karena mau nagapa-ngapain saja tidak bisa,” kata Rama.
“Sebisa mungkin mencoba untuk tidak terlalu tertekan menghadapi pandemi, karena bakalan gampang bikin kita stres,” jelas Rio.
Sebagian lainnya masih menyayangkan tindakan masyarakat yang mulai berani beramai-ramai beraktivitas di luar rumah.
“Saya menyayangkan sikap masyarakat yg terkesan meremehkan kondisi pandemi, seolah-olah jika sudah memakai masker dan membawa handsanitizer maka akan kebal dari penularan virus corona. Kita lupa bahwa anjuran sebenarnya menyatakan untuk stay at home.” kata Imam.
Solusi untuk meghentikan laju penyebaran Covid-19 ini harus dimulai dari kesadaran dan kepatuhan diri sendiri terlebih dahulu. Apalagi peran para milineal sangat dubutuhkan untuk mengedukasi masyarakat agar tetap mengikuti protokol kesehatan dalam beraktivitas. Kita tetap harus selalu update informasi terkait Covid-19 serta cermati terlebih dahulu agar tidak termakan informasi hoaks.
“Alangkah baik jika kita bisa memberikan edukasi kepada keluarga dan masyarakat tentang Covid-19 ini, ” Ujar Fanny.
Peran aktif pemerintah juga sangat dibutuhkan untuk terus mengimbau masyarakat agar selalu mematuhi protokol kesehatan serta tetap menerapkan physical distancing. Pemerintah memiliki wewenang untuk menerapkan aturan dengan tetap memerhatikan kebutuhan ekonomi masyarakat. Sebagai contoh, memberi izin akses warung kopi dengan mengurangi kapasitas pengunjung.
“Semua keputusan kembali lagi kepada pemerintah dalam mengambil kebijakan sehingga kita dapat membatasi penyebaran Covid-19 di Aceh.” Lanjut Rama
“Pemerintah bisa melakukan tracing kasus dan tes masal sehingga terciptanya transparansi serta juga dapat mengerahkan tenaga kesehatan di kampung-kampung untuk memberikan edukasi pada masyakarat tentang tindakan pencegahan Covid-19 ini, ” ujar Novi
“Pemerintah harus mengambil kebijakan yang tegas. Kebijakan ekstrem menunjukkan betapa seriusnya kondisi yang dihadapi, begitu juga sebaliknya. Jika kebijakan yang diterapkan biasa saja maka akan terkesan bahwa kita baik-baik saja padahal nyatanya tidak, ” tutup Imam.
Kerjasama antar Pemerintah dan semua lapisan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menghentikan laju penyebaran virus serta bersama-sama mencari solusi agar Indonesia dapat terbebas dari wabah Covid-19 ini. []
Reporter: Fitra Widya Rahma
Editor: Cut Della Razaqna