Polemik Sampah di Alue Naga Butuh Kepekaan Masyarakat

Sumberpost.com | Banda Aceh – Polemik sampah bukan lagi persoalan baru bagi masyarakat perkotaan begitu halnya yang terjadi di kawasan Alue Naga, Syiah Kuala, Banda Aceh. Kawasan yang terkenal dengan keindahan matahari terbenam itu pasalnya kerap kali di kunjungi mahasiswa saat sore hari. Selain letaknya di tengah-tengah kota pelajar, Alue Naga naga juga berada dikawasan para pedagang.

Namun, sayangnya keindahan Alue Naga sendiri tidak bisa dinikmati dengan leluasa lantaran tumpukan sampah yang berceceran. Jika dibilang keterbatasan Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Keindahan Kota (DLHK3) sungguh tidak masuk akal, dikarenakan letak Alue Naga yang berada di wilayah kota. Bukankah sangat disayangkan jika keindahan alam yang seharusnya dinikmati, namun malah terhalang oleh produksi sampah yang begitu banyak di setiap harinya.

Salah satu warga yang berada dikawasan Alue Naga, Dipa, mengeluh terhadap keberadaan sampah yang ditinggalkan oleh pengunjung di pantai Alue Naga.

“Selama lebih kurang satu tahun saya tinggal di desa Alue Naga ini dari ujung jembatan hingga ujung desa saya melihat ada sampah berserakan di bibir pantai Alue Naga,” ujar Dipa kepada Sumberpost, Rabu (31/05/2023).

Hal yang sama juga ikut tuturkan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, karena populasi sampah yang begitu banyak juga akan membuat aktivitas nelayan terganggu ketika melaut. Utamanya dikarenakan sampah akan ikut tersangkut di mesin kapal.

Amin, salah satu nelayan mengungkapkan, keberadaan sampah yang berserakan sangat merugikan bagi para nelayan dan juga dapat menghambat pekerjaan mereka untuk melaut.

“Saya berharap agar pengunjung tidak membuang sampah lagi di bibir pantai karena sampah ini akan bermuara ke laut sehingga mengakibatkan para nelayan kesusahan dalam mencari ikan, mulai dari baling – baling kapal yang tersangkut sampah sampai sampah yang ikut masuk dalam jaring ikan,” ungkapan pria itu.

Sementara itu, salah satu pengunjung pantai Alue Naga, Nadia mengatakan, keindahan laut, mata pencaharian masyarakatnya dapat terganggu bahkan dari hal kecil sekalipun, begitulah kerugian yang disebabkan sampah.

“Saya selaku pengunjung merasa sedih terhadap ulah dari sebagian orang yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan terutama sampah yang ditinggalkan dibibir pantai yang dapat merusak keindahan laut, merugikan nelayan dan merusak ekosistem laut,” sebut Nadia.

Menanggulangi polemik sampah tidak hanya tanggungjawab Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Keindahan Kota (DLHK3) saja, tetapi kepekaan masyarakat, mahasiswa, serta pengunjung juga memiliki peran aktif untuk menjaga kebersihan lingkungan. []

Reporter: Zuraida
Editor: Raudhatul Jannah