Framing Negatif Media Dinilai Dapat Mengganggu Perkembangan Aceh
Sumberpost.com | Banda Aceh – Ketua Prodi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Azman, mengatakan framing negatif yang disajikan oleh media saat ini, baik media massa atau media sosial memiliki pengaruh besar pada proses perkembangan Aceh.
“Jadi framing negatif ini kan framing yang menggangu suasana ke Aceh-an kita, dan itu khususnya juga seperti yang saya sampaikan, banyak dilakukan oleh media-media nasional bukan media lokal,” kata Azman dalam acara Fokus Group Discussion (FGD) Dialog Melawan Framing Terhadap Aceh, di Grand Permatahati, Meuraxa, Banda Aceh, Sabtu (6/11/2021).
Ia menjelaskan, salah satu cara untuk mencegah terjadinya framing negatif ialah dengan memberi edukasi atau bahan ajar tentang khazanah Aceh yang menyeluruh kepada masyarakat, baik di kampus maupun di luar kampus.
“Kita mungkin harus lebih bekerja kembali, baik di kampus, di UIN Ar-Raniry dan kampus-kampus lainnya agar kita bisa terus menyampaikan tentang Aceh, menyampaikan khazanah, keaslian, identitas kita, ataupun yang hal-hal yang positif yang baik-baik tentang Aceh,” jelas Azman.
Menurutnya, framing negatif yang terjadi terhadap Aceh sangat berbanding terbalik dengan yang diberitakan oleh media. Di mana wajah Aceh yang sangat damai, nyaman, dan harmonis tidak terangkat ke permukaan.
“Jangan ada seperti kasus di Singkil, Pulau Banyak, ada kasus mati seekor anjing, tapi itu bagaimana di framing sehingga merusak citra Aceh seolah-olah Aceh ini yang menerapkan syariat Islam, yang menerapkan wisata halal tidak bersifat hewani, semena-mena dengan binatang,” sebutnya.
Sehingga, citra yang demikian seolah-olah menjadikan Aceh menciptakan wisata halal dengan menghalalkan segala cara. Padahal jika ditelusuri tidak lah demikian.
“Padahal kalau kita lihat bahwa kasus kematian itu tidak ada yang namanya orang Satpol PP menyiksa anjing sampai mati, kan tidak ada, persoalan yang terjadi kalaupun dia mati, itu kan bukan unsur kesengajaan sampai menyiksa, jadi makanya tadi saya umpamakan bahwa orang media seperti ini juga sebenarnya punya kondisi yang sama, tapi tidak perlu di framing secara negatif, kalau bisa di framing dengan keadilan, yang utuh,” katanya.
“Ini kayak ada unsur kesengajaan untuk menyudutkan, itu yang bahayanya. Padahal seekor anjing tapi yang dibawa nama Acehnya,” tambahnya. [Rel]