Peusijuk Mahasiswa Baru, Apa Positif-Negatifnya ?

Baru-baru ini, surat yang diedarkan pihak dekanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam atau biasa disingkat FEBI UIN Ar-Raniry menarik perhatian mahasiswa, khususnya aktivis pengurus himpunan mahasiswa jurusan.

Bagaimana tidak, larangan mengadakan acara peusijuek bagi mahasiswa baru diluar kampus hingga berakibat skorsing bagi panitia yang melaksanakannya, sontak menuai kehebohan dikampus.

Padahal, banyak mahasiswa beranggapan bahwa acara pesijuek ini merupakan proses penting untuk menjalin keakraban antara mahasiswa baru dengan kakak leting, dosen prodi, ketua prodi, hingga staff setempat.

Penulis sebagai mahasiswa pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry yang juga pernah menjadi ketua panitia pelaksana event peusjiuek, telah banyak memperoleh hasil positif dari acara tersebut.

Bagaimana tidak, mahasiswa baru yang sebelumnya tidak pernah saling kenal, setelah peusijuk menjadi lebih akrab dan rasa kekeluargaan dalam lingkungan prodi lebih tinggi. Begitu juga saat-saat mahasiswa tersebut mengalami masalah dalam perkuliahan, maka karena sudah terjalin keakraban, dia berani mengadu dan aduan tersebut bisa sama-sama diselesaikan atau diteruskan kepada pihak yang lebih tinggi dikampus.

Namun, menyangkut larangan peusijuek yang dikeluarkan oleh rektorat dan petinggi universitas lainnya juga bukan tanpa sebab. Beberapa hal yang disorot dari pelaksanaan peusijuk itu antara lain, waktu pulang dari acara peusijuk terlalu malam, sehingga membahayakan kenyamanan mahasiswa.

Selain itu, tempat pelaksanaan peusjiuek di tepi pantai yang sering digunakan sebagai tempat maksiat, ini dapat mencoereng nama baik lembaga sebagai universitas islam, serta terjadinya aksi peloncoan yang terkadang diluar kendali panitia peusijuek, ini sangat tidak dibenarkan.

Maka hemat saya, untuk pelakasanaan peusijuek kedapan, diharapkan ada solusi yang baik serta soft bagi siapa saja yang terlibat didalamnya. Saling menguntungkan dengan adanya keakraban, dan tidak membawa aroma buruk bagi nama suci kampus Ar-Raniry.

Penulis bernama Irfan Shiddiq, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry. foto: Irfan Shiddiq