Masyarakat Aceh Takut Donor Darah

Banda Aceh – Masyarakat Aceh masih takut terhadap donor darah dan kurang percaya terhadap Palang Merah Indonesia (PMI). Alasannya, masyarakat takut darah yang didonorkan akan dijual kepada pasien yang membutuhkan darah.

Hal tersebut disampaikan oleh koordinator pelaksana donor darah PMI Banda Aceh, Mahmud kepada sumberpost di halaman Auditorium Prof. Ali Hasyimi, IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh saat PMI menggelar acara donor darah dalam kegiatan Pekan Kreatifitas Fakultas Adab (PKFA) ke IV, Kamis, 20 Desember 2012.

Mahmud mengatakan bahwa PMI tidak pernah mengambil keuntungan dari hasil donor darah tersebut. “Biasanya pasien yang membutuhkan darah di PMI hanya perlu melengkapi berkas-berkas administrasi seperti kartu JKA dan fotocopy KTP,” katanya.

Mahmud juga mengatakan antusias masyarakat Aceh sangat rendah dibandingkan dengan orang pendatang yang tinggal di Aceh. “Tadi pagi ada dua orang bapak-bapak yang mendonorkan darahnya. Dari logat bicaranya sepertinya bukan orang Aceh,” sambung Mahfud

PMI lanjut Mahmud, selalu bekerja sama dengan pihak penyelenggara kegiatan sosial apapun, baik yang diadakan oleh Instansi pemerintahan maupun perguruan tinggi. Ia juga mengatakan dalam sehari PMI membutuhkan darah sebanyak 100 kantong.

“Kalau hanya mengandalkan pendonor yang datang langsung ke PMI, paling hanya lima atau enam kantong yang dapat. Oleh karena itu jika PMI mengikuti acara seperti ini, minimal dapat 50 kantong dalam sehari,” ujarnya.

Acara donor darah yang digelar mulai tangga 20 hingga 21 Desember 2012 ini diharapkan bisa mengumpulkan banyak kantong darah.”Kita harap selama dua hari ini bisa terkumpul hingga 150 kantoonng darah,” tutupnya. (Desi Badrina)