Kilas Balik IAIN Dulu Dan UIN Sekarang

Sumberpost.com | Banda Aceh – Sejak diresmikan pada tanggal 5 Oktober 1963 lalu, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry yang dulu masih bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry mulanya hanya mempunyai tiga fakultas. Fakultas Syari’ah, Fakultas Tarbiyah, dan Fakultas Ushuluddin, setelah berselang beberapa tahun baru bertambah dua fakultas lagi, yaitu Fakultas Dakwah dan Fakultas Adab.

Bagaimana dengan sekarang ? Kini di 2014, Rektor UIN Ar-Raniry, Farid Wajdi Ibrahim kepada wartawan dalam konferensi persnya pada Senin, (15/9), mengatakan, sejak berubah menjadi UIN, empat fakultas baru telah ditambahkan lagi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Saint dan Teknologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Pemerintahan, dan Fakultas Psikologi.

Tidak hanya itu, sejak berubah nama menjadi UIN mahasiswa kampus  biru ini pun semakin ‘membludak’ dalam soal mahasiswa. Dari seluruh angkatan, 16.200 mahasiswa masih aktif menuntut ilmu di kampus jantong hate rakyat tersebut. Hal itu ikut didorong oleh mahasiswa mahasiswa baru tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 5200 orang, 212 diantaranya merupakan mahasiswa luar negeri.

Untuk mendukung penambahan fakultas itu, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) juga meluluskan 45 dosen yang berkaitan dengan jurusan baru guna menunjang perkuliahan di UIN. Perlu diketahui juga, tenaga pengajar di UIN saat ini adalah 389 PNS, 35 Dosen kontrak, 17 Profesor, 50-an orang Doktor, dan 45 calon dosen pada tahun ini.

“Setelah tsunami, kampus kita termasuk yang rusaknya berat, kita menerima bantuan dana untuk sarana dan prasarana dari IDB. Hal itu berupa perbaikan gedung lama maupun pembangunan gedung baru yang disesuaikan dengan stadar. Dana yang dikeluarkan IDB lebih dari Rp 350 Milyar,” ungkap Farid Wajdi.

Farid mengatakan, targetnya adalah dengan adanya prodi baru akan menjadi peluang bagi calon mahasiswa Aceh yang ingin menuntut ilmu di UIN. Tambahnya, kampus UIN Menjadi kebanggaan masyarakat Aceh dan banyak orang luar yang menuntut ilmu agama di UIN karena menurut mereka telah memenuhi standar islam.

Farid menyebutkan perbedaan antara IAIN dengan UIN adalah dasar filosofinya dalam integrasi ilmu, apabila sudah menjadi UIN, maka diberi hak untuk mengkaji berbagai disiplin ilmu, UIN sama dengan keterkaitan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya, antara agama, sosial, dan saintek.

“Misalnya kalau STIS hanya mengajarkan tentang agama, kalau sudah menjadi IAIN sudah bisa ditambah dengan ilmu sosial,ekonomi dan kalau sudah menjadi UIN sudah bisa ditambah dengan ilmu sain dan teknologi,” tutup rektor tersebut .

Reporter: Abdul Hadi Firsawan