Bawa Mahasiswa ke Gereja, Konsep FDK dan Ushuluddin Beda

Sumberpost.com | Banda Aceh – Mawardi salah seorang dosen matakuliah Kristologi Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Ar-Raniry, angkat bicara menanggapi kehebohan Rosnida Sari, dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Ar-Raniry yang membawa mahasiswanya belajar ke salah satu geraja di Banda Aceh, November lalu.

“Kita dari jurusan Perbandingan Agama sendiri, sangat  berbeda dengan konsep apa yang dibawa oleh dosen tersebut (Rosnida Sari). Kita tidak belajar di sana, akan tetapi kami hanya melakukan survei dari apa yang telah dipelajari oleh mahasiswa,” ungkapnya saat ditemui sumberpost.com, Rabu (07/01) dalam ruangannya.

Masalah tersebut berbeda dengan yang ada di jurusan Perbandingan Agama, sebab mahasiswa  FDK yang datang ke gereja untuk mengisi mata perkuliahan, sedangkan di jurusan Perbandingan Agama ada matakuliah yang memang mengharuskan ke tempat ibadah agama lain, jelas Mawardi.

Sementara itu, lanjut Mawardi, mahasiswa Perbandingan Agama ke sana hanya berdialog dan menanyakan seputar simbol–simbol yang ada dalam agama lain, baik di agama Kristen, Hindu maupun Budha.

“Kalau memang melakukan hal yang demikian, seharusnya dosen tersebut harus melakukan prosedur yang ada, seperti membuat surat kepada jurusan dan pihak akademik,” kata Mawardi.

Mantan MPU Aceh Besar, Fakhruddin Lammuddin berharap, hal ini dapat ditanggap dengan baik dan benar oleh pihak dekanat. Fakultas harus mengevaluasi terlebih dahulu tentang matakuliah tersebut, juga pengajarnya. “Seharusnya pengajar tersebut harus memang benar-benar orang yang memahami ajaran dalam islam, kalau tidak siapa yang berani menjamin masalah ini ?” Kata Fakhruddin.

Salah seorang mahasiswa jurusan Perbandingan Agama Ibaddurahman, saat diwawacarai sumberpost.com mengatakan hal itu tidak menjadi sebuah permasalahan,apabila seorang mahasiswa pergi ke gereja, asalkan apa yang di pelajari di sana tidak mendangkalkan aqidah mahasiswa tersebut.

“Memang kalau kita ingin ke tempat mereka itu, harus memiliki izin. Kami juga pernah pergi kesana, dan kami juga dibawa oleh dosen. Karena tujuannya hanya untuk mencari tambahan ilmu. Kan ilmu itu tidak mempunyai batas, asal ilmu itu berguna bagi kita. Terkecuali kalau memang kita mempelajarinya tidak baik. Yang bisa menyesatkan aqidah kita sendiri,” imbuh Ibaddurahman.

Zuhri Noviandi