Menuntut Ilmu dan Semangat Amal Ma’ruf

Rekam jejak sejarah telah menyatakan tentang keberadaan pemuda dibalik peristiwa-peristiwa besar pada semua kelas sosial. Berbicara psikis dan fisik, lazimnya usia muda adalah masa-masa dimana kondisinya berada pada level terbaik.

Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno pernah berkata, “Beri aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”.

Dalam sebuah bangsa, pemuda punya peran penting dalam kemajuan bangsa. Bila kondisi pemuda bagus secara moral, maka sebuah bangsa akan membangun peradaban yang bagus pula. Bila pemuda suatu bangsa punya pikiran yang kreatif, maka bangsa itu tidak menjadi bangsa konsumtif. Bila pendidikan pemuda bagus, sebuah bangsa akan menjadi bangsa yang maju pula.

Pada masa Rasulullah misalnya, dalam berdakwah, pemuda adalah orang-orang yang punya pengaruh kuat dalam perkembangan ajaran Islam. Bukan hanya fisik yang kuat, namun kecerdasan dan semangat fisabilillah yang tinggi pada pemuda membawa kemajuan Islam.

Diantara pemuda-pemuda tersebut seperti Zaid bin Tsabit (13 tahun) sebagai penerjemah Rasul, Al Arqam bin Abil Arqam (16 tahun) rumahnya sebagai markas dakwah Rasul selama 13 tahun berturut-turut, Usamah bin Zaid (18 tahun) memimpin salah satu perang terbesar ketika itu, Mu’adz bin Amr bin Jamuh (13 tahun), Mu’awwidz bin ‘Afra (14 tahun) dan lain-lain.

Di Indonesia sendiri, terjadinya peristiwa-peristiwa besar juga tak lepas dari yang namanya pemuda. Misalnya keberhasilan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, peralihan dari orde baru karena maraknya praktek KKN menjadi orde reformasi, dan lain-lain.

Menuntut Ilmu

Ada ungkapan yang menyatakan bahwa “ilmu adalah cahaya hidup”. Dalam agama Islam, persoalan ilmu merupakan prioritas. Karena tanpa ilmu, penuntun dan segala pengetahuan yang berhubungan dengan ibadat tidak diketahui. Sabda nabi “Ibadah tanpa ilmu akan sia-sia”.

Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yaitu surah Al-‘alaq ayat 1, mengisyaratkan bahwa perkara membaca, berguru, ataupun menuntut ilmu adalah persoalan di atas segala persoalan lain.

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya, “menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslimin dan muslimat.”

Ilmu tidak hanya menjadi penuntun dalam perkara ibadah, tetapi juga untuk ilmu tauhid, ilmu yang membawa kita mengenal Allah azza wajala. Orang yang bila sudah mengenal Allah, maka ia akan tahu siapa dirinya, akibatnya akan membawa ia terarah dalam perkara muamalah (hubungan manusia dengan manusia). Sehingga berbahagialah orang yang berilmu.

Semangat amal ma’ruf

Memiliki ilmu harus dibarengi dengan semangat beramal, jika tidak umpama pohon yang tidak berbuah, ilmu yang dimilikinya tidak memberi manfaat bagi dirinya dan sesama. Tidak memberi manfaat untuk dirinya dalam artian ilmu tidak dijadikan penuntun dalam hidup.

Firman Allah dalam surah al Mulk ayat 2, yang artinya, “Allah yang telah menjadikan hidup dan mati, menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.”

Oleh sebabnya, sejatinya pemuda harus bisa menjadi sesuatu yang bisa diandalkan bagi agama dan bangsa, pertama yang harus dilakukan adalah menuntut ilmu, selanjutnya semangat yang tinggi dalam berbuat kebaikan terhadap sesama, demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelak.

Penulis bernama Muhammad Ghafar, Mahasiswa Pendidikan Biologi UIN Ar-Raniry.

Ilustrasi: internet