Saling Sekak Sebelum Pemilihan

Bagaikan dalam permainan catur, di mana para pemain saling menyudutkan lawan. Ketika raja terancam, maka pemain akan menggunakan kata sekak sebagai peringatan, hingga sang raja harus menghindar.

Saling menyudutkan sepertinya terjadi di malam debat kandidat para calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh 2017, pada Kamis, 22 Desember 2016 lalu. Dalam debat itu, terlihat para calon saling sekak.

Seperti itulah kondisi tokoh politik yang berdebat di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, saat itu. Berbagai janji politik diperdengarkan kepada masyarakat, melalui siaran langsung sebuah stasiun televisi swasta yang dipancarkan secara nasional.

Di dalamnya, keenam pasangan calon memang terlihat sangat santun dan kompak, para kandidat membacakan janji politiknya dan dilanjutkan pasangan berikutnya yang juga membacakan janjinya.

Seperti pada pasangan calon (paslon) nomor urut 1, Tarmizi Karim dan Machsalmina memulai janji mereka dengan menunjukkan beberapa kartu dari tangannya, kartu itu adalah kartu yang katanya menjadi program mereka kedepan, seperti kartu sehat, pintar dan kartu lainnya. Kata Tarmizi, berbagai kartu itu diperuntukkan kepada masyarakat.

Saat para kandidat asik berjanji, paslon nomor urut 2 Zakaria Saman menyambungnya, namun malam itu bukan janji yang ia katakan, melainkan soal perut. Jika perut kenyang, kata Zakaria, maka Aceh aman. Pernyataan itu lantas disambut tawa oleh penonton.

Ketawa penonton sepertinya menunjukkan bukti, Zakaria Saman orang yang lucu dan asal-asalan, seperti kata TA Khalid yang juga calon wakil Gubernur Aceh nomor urut 5. Dia bilang, jadi kepala daerah itu bukan asal-asalan.

Saya melihat mereka yang berteriak selama proses debat berlangsung di Hotel Hermes adalah tim sukses dari pasangan calon. Berulang kali pembawa acara debat kandidat memberi peringatan agar tidak memberikan tepuk tangan maupun teriakan pada saat debat berlangsung karena akan mengganggu konsentrasi calon dan juga suara mic yang sedang direkam oleh televisi tersebut.

Sorakan lainnya juga terdengar ketika giliran paslon nomor urut 5, Muzakir Manaf dan TA Khalid bertanya kepada paslon nomor urut 4, Zaini Abdullah dan Nasaruddin yang keduanya calon petahana. Zaini Gubernur non aktif, Nasaruddin Bupati Aceh Tengah non aktif.

“Bagaimana Anda akan maju sebagai Gubernur Aceh, sedangkan Anda tidak bisa kompak dengan anggota dewan rakyat Aceh dan wakilnya?” tanya Muzakir Manaf.

Lantas Abu (sapaan Zaini Abdullah) menjawab, selama lima tahun ia menjabat sebagai Gubernur Aceh periode 2012-2017, Muzakkir Manaf yang menjadi wakilnya hanya satu tahun bekerja sama, selebihnya Zaini mengaku bekerja sendiri. Jawaban Zaini terhadap Muzakir seperti curhatan saja.

Dari luar ruang debat, teriakan demi teriakan juga terdengar hingga ke dalam ruang, bahkan mereka nyaris baku hantam di luar ruangan. Untung saja aparat keamanan sigap dan siap berada di sekitar Hotel Hermes Palace. Kericuhan pun tak terjadi.

Sikap lainnya juga ditunjukkan paslon nomor urut 6, Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah kepada paslon nomor urut 3, Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa. Irwandi bilang, jika Abdullah Puteh tidak serius ikut Pilkada, suara pendukung Abdullah Puteh diserahkan kepada nomor urut 6 saja.

Irwandi bukan tanpa alasan mengatakan hal itu kepada Puteh. Beberapa waktu lalu, paslon nomor urut 3 dianggap tidak memberikan laporan dana sumbangan kampanye yang diterima Puteh kepada KIP Aceh. Alhasil, laporan yang dikeluarkan KIP Aceh, dana sumbangan Puteh Rp. 0, sedangkan paslon lain tertera angka yang jelas.

Pertanyaan Irwandi lantas dijawab Abdullah Puteh enteng. Ia berkata banyak yang membantunya. Irwandi memberi tanggapan, siapapun yang membantu kampanye Abdullah Puteh, harus diberitakan laporannya kepada KIP Aceh.

Begitulah cerita saling sekak antar kandidat kepala daerah Aceh yang terlihat dalam debat kandidat tempo hari.

Ditulis Aprizal Rachmad, mahasiswa UIN Ar-Raniry