Makanan Turki Singgah di UIN Ar-Raniry

Sumberpost.com | Banda Aceh – Menjelang siang, usai pembukaan Pionir VIII di Lapangan Bola UIN Ar-Raniry, matahari mulai terik. Saya menyusuri jalanan diantara dua bundaran di kampus. Jalanan itu sudah berjejer berbagai stan putih yang memamerkan dan menjual bermacam hal.

Ada yang menarik perhatianku. Salah satu stan diujung jalan dekat lapangan bola, terlihat ramai dikunjungi orang. Di stan bertuliskan Pesantren Sulaimaniyah itu, nampak beberapa pembuat makanan dengan perawakan timur tengah. Diantara mereka terlihat wanita paruh baya yang ku kenal dan biasa kami sapa dengan panggilan Bunda, Humas Wali Santri bagian Aceh di Pesantren Sulaimaniyah.

Yayasan Tahfidz Sulaimaniyah dikenal sebagai Pondok Pesantren bagi penghafal Alquran dengan metode Tahfidz Turki Utsmani. Yayasan ini berdiri Independen namun di bawah naungan Kementrian Agama dan berada di seluruh penjuru dunia. Beberapa diantaranya berada di Aceh. Dan Soraya menjabat sebagai Humas Wali Santri bagian Aceh.

“Silahkan di pesan.” Suara Mahasantri menyapa para pelanggan tatkala aku dan Bunda saling bercengkrama.

“Mereka ini adalah abi-abi yang bertugas dalam bazar hari ini, umumnya sudah Hafidz yang datang dari Turki,” jelas Bunda. Abi adalah sebutan bagi mereka yang menjadi tenaga pengajar atau ustadz.

Turki memang terkenal dengan kebabnya. Namun, sekarang kebab sudah mudah ditemui di Kota Banda Aceh. Namun, makanan khas turki yang dijajakan pada pameran ini memang terlihat berbeda dengan yang biasa kita temui. Mulai dari rasa, tekstur, warna daging, dan segi kualitas maupun kuantitas.

“Makanan disini, selain halal, dijamin tayyiban,” ujar Bunda. Mereka sendiri yang menyembelih sesuai dengan ketentuan syariat Islam. “Seperti ayam, kita tidak merendamnya dengan air panas, tetapi dikuliti sehingga darah segarnya tidak meresap ke daging. Jadi sehat untuk di konsumsi,” lanjutnya.

Hal itu, menurut Bunda, juga bertujuan agar makanan tersebut saat disantap para santri, tidak menghilangkan hafalannya. Makanan yang halal, kata Bunda, mempengaruhi daya ingat seseorang. Kebab yang disajikan disini dagingnya empuk, tapi warnanya sudah agak putih tanpa darah.

Makanan yang disediakan bukan hanya kebab biasa. Namun, ada beberapa sajian seperti Kebab Doner dari daging ayam dan Kebab Adana dari daging sapi serta Cavurma dengan daging sapi cincang yang dibalut roti. Resep yang diapakai juga tidak sembarangan, mereka memakai bumbu yang langsung didatangan dari Turki.

Masalah harga juga masih cocok dengan kantong Mahasiwa. Dengan dana mulai dari Rp.15.000 hingga Rp.20.000, Anda sudah dapat menikmati lelehan mayones berbalut sayur dengan daging berlimpah. Rasa khas Timur yang bisa Anda dapatkan di Aceh.

Ada yang unik pula dengan minuman yang mereka jual, Lemonata Sorbet. Lemonata ini terbuat dari parutan kulit lemon asli. Daging lemon direndam dengan gula, kemudian diperas lalu disaring dan ditambah es. Kemudian disajikan dengan “Teko Kuning” seberat 40 kg yang di gendong dan dituangkan ke gelas dengan cara yang unik.

Biasanya Abi Husein Saka Al-Hafidz, akan berkeliling menjajakan lemonata dengan pakaian khas Turki. Kulitnya yang putih kemerahan terlihat terang di hari yang cerah sambil bertanya “Assalamualaikum, ada yang haus?”

Sesekali ia menyeletuk mengajak para pembeli dengan berkata, “Hanya lima ribu saja. Bisa foto gratis!” Ajakan ini mungkin karena banyak pengunjung yang sering mengajaknya berfoto meski tak membeli segelas lemonata pun.

““Teko Kuning” tersebut mereka tidak mengerti menjelaskannya dalam bahasa Indonesia. Itu alat penyaji minuman yang dijaga turun-temurun dari zaman kakek buyut mereka, Sultan Muhammad Al-Fatih,” jelas Bunda.

Menjaga barang bersejah mulai dari kesultanan Turki Utsmani sampai hari ini dan bisa memperkenalkannya di Tanah Iskandar Muda adalah hal yang patut diancungi jempol serta di contoh.

Adalah hal yang tak diketahui banyak orang, bahwa Sebenarnya setiap tahun yayasan ini mengadakan “khezmet” atau dalam Bahasa Indonesia berarti mengabdi atau bazar amal. Dana untuk bazar ini di dapatkan dari para donator dari Turki dan pada tahun ini banyak juga warga Aceh yang ikut berpasrtisifasi sebagai donator. Siang itu, salah satu Donatur yang merupakan sahabat Bunda juga ikut dalam obrolan kami.

“Semua bahan yang digunakan pada bazar ini berasal dari donator dan keuntungannya akan digunakan untuk sarana dan pra-sarana pesantren kita. Dan Warga turki tercengang karna antrian panjang para penikmat makanan pada Khezme ini. Masya Allah,” tutur Bunda.

Sesaat Bunda menghentikan obrolannya saat Abi Hakan Soydemir, Pimpinan Yayasan Sulaimaniyah se-Asia Pasifik datang dan menyapa semua yang berada di stan. Abi Hakan langsung ikut membantu menjadi koki dan menyiapkan adonan yang akan disajikan.

Ada juga Pimpinan Wilayah Sumatera, Abi Tajuddin Ince ikut membantu para Abi dengan memanggang daging sapi yang dibalut pada alat pemanggang berbentuk bilahan besi panjang di atas bara api.

Tanpa mesin burner, ia dengan luwes membolak-balikkan daging sebagai bahan utama pembuatan kebab Adana. Sesekali ia mengibaskan asap yang membuat menghalangi pandangannya.

Kedatangan pimpinan se-Asia Pasifik tersebut ke Kota Serambi Makkah ini merupakan kunjungan pertama karena kedatangan sahabatnya, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin yang meresmikan kegiatan Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni dan Riset (Pionir) VIII di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.

Bagi Anda yang ingin menikmati sajian Timur tanpa harus beranjak ke kota yang mayoritas beragama Islam ini, dapat langsung mendekat ke bazar amal di Kampus UIN. Dengan tidak merogoh kocek terlalu dalam, Anda juga dapat menuikmati makanan khas sekaligus seteguk lemonata penghilang dahaga. []

April | Foto: Sipayo.com