Mengintip Bazar Turki di Taman Bustanussalatin

Sumberpost.com | Banda Aceh – Jumat (6/4) sore kemarin ada yang berbeda di lokasi Taman Bustanussalatin Kota Banda Aceh. Kesan Turki langsung tersangsang di benak pengunjung pada sore itu. Bagaimana tidak, awal memasuki bagian kawasan itu, dari kejauhan pengunjung langsung dimanjakan dengan suara musik versi turki yang khas dengan gambusnya.

Memang, hari itu Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sulaimaniyah menggelar bazar amal di Taman Sari pada 6 sampai 8 April 2018. Acara tersebut di selenggarakan untuk kepentingan para penghafal Al-Qur’an. Dan langsung di buka oleh Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman pada hari Jum’at 6 April 2018 pukul 15.00 WIB.

Beberapa bazar yang di jual pun cukup menarik perhatian para pengunjung. Mulai dari ukiran Kaligrafi, Pakaian, Peci, Jilbab hingga kuliner khas Turki. Di sekeliling taman terpasang tenda-tenda mewah berwarna putih di atas nya bercampuran warna hijau di bagian samping tenda. Tenda-tenda ini di pasang untuk menghidangkan segala makanan serta barang-barang yang di datangkan langsung dari Turki.

Di Bagian tenda sisi kiri di jual beberapa makanan khas turki seperti Doner Kebab, Lahmucan, Kavurman, Kahve, Icli Kofte, Baklava, Adana Kebab dan lain nya. Ada Lima stand yang menjual makanan serta minuman. Melewati bagian stand makanan ini membuat perut pengunjung tertarik melihat cara pembuatan nya serta membeli untuk dicicipi.

Salah satu di antara banyak makanan khas Turki, pengunjung lebih ramai mencoba Doner kebab. Musababnya, Kebab yang dijual langsung oleh orang Turki tersebut berbeda dengan yang dipasarkan di Banda Aceh. Dagingnya terbuat dari daging sapi asli turki, lebih lembut, serta aroma nya yang cukup tajam sehingga menarik perhatian pengunjung untuk mencobanya.

Adalah Gibral Akbar Mular, remaja 15 tahun asal Bandung dengan apik mengolah kebab di stand kebab milik ia dan rekan-rekannya. Gibral sangat antusias melayani pembeli yang sangat ramai mengantri di standnya. Selain ramah dan sopan ia juga sangat lincah dan lihai dalam berjualan. Gerak gerik gibral yang sangat lincah ini pun membuat pengunjung tersenyum-senyum kecil dan berdiam di stand itu untuk memperhatikannya.

“Sejauh ini banyak yang membeli doner kebab,karena orang-orang otomatis sangat menyukai daging,” kata Gibral.

Yang terjual disini ada dua macam kebab. Adana kebab dan Doner kebab. Tetapi masyarakat Aceh lebih menyukai doner kebab karena cara pembuatan dan bahan nya hampir sama dengan yang ada di Banda Aceh hanya saja rasanya yang berbeda.

Doner kebab berasal dari daging sapi sedangkan Adana kebab berasal dari daging ayam. Harga yang di jual pun terjangkau. “Harga nya itu tidak mahal, setara dengan yang biasa nya di jual di Banda Aceh, karena bahannya pun di bawa langsung dari turki jadi kita membuka harga Rp.25.000 per kebab,” ujarnya.

Berada di seberang Stand Kebab, tepatnya di bagian tenda sisi kanan Taman Bustanussalatin terdapat stand berupa barang-barang hiasan dinding seperti ukiran Kaligrafi, Pecil, Pakaian, dan Accesoris lain nya. Barang-barang tersebut dibandrol dengan harga puluhan bahkan ratusan ribu.

Meskipun terbilang mahal, banyak pengunjung wanita yang tertarik untuk memanjakan matanya di Stand pakaian dan Aksesoris. Sebagian dari mereka juga membelinya.

Keramahan penjual asal Turki membuat pengunjung betah berlama-lama disana. Selain orang turki, para penjaga stand juga ada yang berasal dari indonesia. Para penjaga mereka kompak memakai seragam berwarna biru muda.

Ketua Koordinator Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an Sulaimaniyah, Ustadz Tajuddin Ince asal turki kepada Sumberpost, Jumat kemarin menyebutkan tujuan di gelarnya acara ini yang pertama kali untuk memperkenalkan budaya Turki ke masyarakat Aceh.

“Kita disini mempunyai beberapa pesantren untuk anak-anak tahfidz Al-Qur’an, jadi uang-uang yang di dapat disini semua nya di pakai untuk kepentingan anak-anak,” kata Ustadz Tajuddin Ince.

Ustadz Tajuddin Ince pun ikut serta dalam pergelaran bazar amal ini. Tidak hanya duduk diam tetapi ia juga sangat sibuk melayani para pembeli yang ingin membayar apapun yang sudah di beli di kasir. Setiap apapun yang di beli harus membayar langsung ke kasir dengan memperlihatkan sebuah kertas pesanan kemudian membayarnya. Jadi barang ataupun makanan yang sudah di beli tidak langsung di bayar pada penjual tapi ada bagian kasir secara khusus.

Tajudin juga mengatakan kegiatan tersebut rutin dilakukannya setiap tahun. “Kami insyaAllah membuat pergelaran bazar amal ini setahun dua kali,” ujarnya. Masyarakat Aceh meminta acara ini di gelar dua bulan sekali tetapi ketua koordinator bazar ini tidak bisa menuruti permintaan tersebut karena segala bahan serta perlengkapan nya di bawa dari turki semua kemungkinan agak repot.

Semua dana-dana yang sudah terkumpul di serah kan untuk anak-anak pesantren dan di pakai untuk keperluan mereka. “Alhamdulillah kita di Aceh sudah ada Lima pondok pesantren. Empat di Banda Aceh dan satu nya lagi berada di Sigli. Ini semua untuk anak-anak mahasiswa,” papar Tajudin.

Salah satu pengunjung bazar asal Aceh, Nabila, mengaku sangat senang menyaksikan pergelaran acara ini, karena dia belum begitu mengetahui kebudayaan Turki.

“Saya ingin mengetahui bagaimana makanan serta pernak-oernik yang mereka bawa dari turki langsung,tapi saya lebih fokus mencoba makanan seperti kebab,” ujar Nabila.

Dia ikut bangga dengan acara ini karena acara ini sangat bagus untuk di gelar di Banda Aceh. “Saran saya acara ini di gelar lebih sering lagi agar warga aceh mengenal budaya turki dan silahturahmu selalu terjalin dengan baik,” lanjutnya. [rsk]

Magang: Saskia Ramadhani