Hari Aku di Demisioner

Sumberpost.com | Banda Aceh – Harus menyusuri sebuah lorong panjang untuk sampai ke tujuanku. Tampak dari jauh beberapa orang sedang sibuk menata meja di depan ruang itu. Mereka adalah para panitia kegiatan Mubes ke-XIII UKPM Sumberpost. Ini merupakan hari dimana Sumberpost akan menentukan pemimpin baru. Dan aku akan didemisioner.

Saat memasuki ruangan itu, Aula fakultas sains dan teknologi (saintek) UIN Ar-Raniry yang cukup luas dengan interior minimalis yang mengesankan terlihat masih sepi. Beberapa orang duduk di kursi peserta. Beberapa lainnya sedang mengotak-atik sound, memastikan agar tidak ada kendala pada kegiatan hari ini.

Satu persatu anggota mulai berdatangan, sebagian kursi sudah terisi, meski sebagian besar anggota sudah tiba, tapi masih terlihat kosong, kursi di ruangan ini terlalu banyak untuk kami yang hanya membutuhkan 35 kursi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 tepat, bang Nazarullah atau akrab dipanggil bang Nat pun tiba. Beliau alumni UKPM Sumberpost dan juga tercatat resmi sebagai dewan penasehat kami, beliaulah sosok yang terus mendampingi Sumberpost sepanjang tahun ini.

Tidak lama dari kedatangan bang Nat, pembawa acara yang telah ditentukan panitia pun menyampaikan pemberitahuan, pertanda kegiatan akan segera dimulai.

Satu-persatu rangkaian pembukaan acara pun terlaksana, dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Aceh, laporan ketua panitia dan tibalah saat bang Nat memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan mubes ke-XIII ini.

“Hari ini kita akan memilih pemimpin baru, jadi pilihlah berdasarkan keinginan hati nurani,” ucap bang Nat dalam sambutannya.

“Yang tidak terpilih jadi pimum nantinya tetap harus masuk sebagai pengurus. Karena pemilihan ini tidak untuk memecahbelah,” lanjutnya.

Rangkaian pembukaan acara ditutup, kemudian dilanjutkan dengan sidang pleno 1 yang dipimpin oleh pimpinan sidang sementara, terdiri dari Bang Nat sebagai Pimpinan Sidang, Nurul Hidayah sebagai anggota pimpinan sidang, dan aku sebagai sekretaris sidang.

Sepanjang pleno 1 tentang tata tertib, interupsi demi interupsi diajukan oleh peserta sidang, masukan demi masukan dari bang Nat juga terus terlontarkan. Tanganku terus bergerak mencatat setiap kata yang beliau ucapkan. Catatan-catatan ini yang kemudian akan menuntun kegiatan Mubes Sumberpost kedepan.

“Dulu berkas Mubes ini ada beberapa lagi, nanti di awal kepengurusan kita harus kumpulkan berkas-berkas Mubes yang lebih lengkap lagi, jadi tahun depan bisa lebih maksimal,” ucap bang Nat di sela-sela sidang.

Sidang pleno 1 diakhiri dengan ditentukannya pimpinan sidang tetap melalui pengajuan dan voting, terpilihlah Najaf Ismadi sebagai pimpinan sidang, Miftari rauzah sebagai sekretaris sidang, dan seorang anggota baru sumberpost, Suci Nursafitri sebagai anggota sidang. Usai ditutupnya pleno 1 bang Nat pamit pergi. Sidang pleno 2 dimulai.

Sidang pleno 2 menjadi sidang paling penting dalam rangkaian kegiatan Mubes, karena sidang pleno 2 membahas Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), yang mana keduanya merupakan aturan tertulis yang jadi panduan bagi pengurus serta anggota Sumberpost.

Setelah setiap pasal yang dibacakan, pimpinan sidang pasti memberikan jeda untuk sanggahan dan diskusi. Semuanya berlangsung secara sistematis dan dinamis. Hingga tiba pada ART Bab III pasal I tentang keanggotaan, bagian ini membuat sebagian kami yang duduk di barisan paling depan berdiskusi panjang.

Diskusi panjang itu berlangsung pada waktu genting, waktu mendekati ISOMA disaat lelah dan lapar perlahan kami rasakan.

“Intrupsi pimpinan sidang! bagaimana jika kita batasi waktu diskusi agar tidak terlalu lama,” tiba-tiba terdengar suara tegas seorang perempuan dari arah belakang. Suaranya membuyarkan diskusi kami dan bayang-bayang nasi kotak di luar ruangan.

“Baik, apakah baiknya kita beri batasan waktu untuk diskusi? 5 menit, sepakat?” ucap pimpinan sidang usai berdiskusi dengan orang disisi kiri kanan nya.

“Intrupsi pimpinan sidang, kita lakukan voting saja” suara vokal seorang laki-laki terdengar lantang dari kursi belakang.

Voting pun dilakukan, hal ini cukup membuatku sedih disaat banyak yang setuju atas pembatasan waktu diskusi. Memang itu hak suara mereka, akan tetapi banyak yang belum memahami betapa pentingnya diskusi panjang ini dilakukan. Terutama mereka yang baru saja bergabung dengan komunitas ini.

Kemudian dari kursi bagian depan, Ulil salah satu bakal calon pimpinan umum 2024-2025 kembali melontarkan kata “interupsi” kepada pimpinan sidang.

“Intrupsi pimpinan sidang! Sidang pleno ini tidak bisa diburu-burui, karena ini penting!” sahut Ulil. Seketika suasana menjadi tegang.

Tidak memakan jeda dari Intrupsi Ulil, aku pun mengangkat tanganku untuk menegaskan situasi saat ini.

“Intrupsi pimpinan sidang! Apa yang kita diskusikan pada satu hari ini menentukan bagaimana satu tahun kedepan Sumberpost berjalan, jadi setiap Keputusan dan sanggahan harus dipikirkan dan dipertimbangkan dengan bijak!” tegasku kemudian dengan nada tinggi. Ya, tentu saja aku marah.

“Peninjauan kembali pimpinan sidang, lakukan voting ulang, saya rasa banyak yang mempertimbangan dua pendapat kami ini,” lanjut ku.

Seketika suasana ruangan kembali hening dan voting dilakukan kembali, akhirnya banyak yang setuju untuk tidak diberikan batasan waktu diskusi. Jujur saja ini melegakan.

Forum pun kembali fokus dengan persidangan. Hingga tiba waktunya ISOMA persidangan pun di jeda dengan 2 ketukan palu oleh pimpinan sidang.
TAK! TAK!

Dari celah pintu masuk sudah terlihat panitia konsumsi mulai sibuk membagikan makan siang. Sedangkan disisi lain, sahutan-sahutan ringan tentang persidangan terdengar tipis-tipis di beberapa titik ruangan.

Ada juga yang mempertanyakan alasan orang-orang mengajukan untuk membatasi waktu diskusi.

“Mungkin karena orang ni gak tau apa yang kita omongin, jadi cenderung bosan,” ucap salah satu peserta sidang.

“Atau kita buat leter U aja,” tambah lainnya.

“Oke, kita buat leter U setelah ISOMA, panitia tolong setelah ini kita buat leter U ya,” instruksi ku kepada panitia.

Saat makan siang bersama, candaan-candaan mulai terdengar lagi dari setiap pengurus saat makan siang, sembari membicarakan pemilu yang baru saja berlangsung beberapa hari yang lalu.

Hal ini menjadi topik panas saat ini lantaran dugaan-dugaan kecurangan pada pemilu 2024, serta gagasan para Capres dan Cawapres bahkan alasan-alasan konyol memilih pada pemilu kemarin pun menjadi guyonan kami.

Ketegangan itu perlahan mulai menghilang. Sidang Mubes Sumberpost memang selalu seperti ini. Serius, tapi juga nyaman.

Selepas makan siang, kami pun bergegas menuju mushalla kecil di ujung lorong itu, usai shalat, kami kembali melanjutkan sidang pleno 2 yang berlangsung dengan kondusif sampai akhir.

Memasuki pleno 3, kali ini ikut dihadiri oleh Pimpinan Umum (Pimum) Sumberpost 2022, bang Ahmad Mufti. Agenda ini bisa dibilang sebagai puncaknya Mubes dan kemudian ketiga bakal calon Pimum dipanggil ke depan oleh pimpinan sidang dibarengi dengan lontaran pertanyaan kepada ketiganya.

“Apakah saudara bersedia menjadi pemimpin umum UKPM Sumberpost tahun 2024? Apakah saudara memenuhi syarat sebagai pemimpin Umum,” tanya pimpinan sidang.

Tentu saja ketiga kandidat dengan lantang menjawab “Iya” kecuali kandidat 02 yang menjawab “Tidak” untuk pertanyaan kedua, karena statusnya saat ini yang sedang cuti perkuliahan dengan begitu tidak memenuhi syarat menjadi Pimum, sebagaimana yang tercantum dalam ART.

Dua kandidat lainnya melanjutkan tahap berikutnya, keduanya menyampaikan visi, misi, dan gagasan. Setelah mereka usai berbicara, tangan-tangan peserta terlihat dengan tegak diacungkan ke atas.

Mereka orang-orang yang hendak mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji kedua calon kandidat. Jawaban para kandidat ini yang kemudian meyakinkan kami untuk memilih satu diantara dua yang akan menjadi pemimpin umum UKPM Sumberpost.

Voting pun dimulai, terdapat total 31 satu pemilih. Pemilihan berlangsung kondusif. Hingga tiba saat perhitungan suara yang berlangsung menegangkan, entah siapa yang terpilih.

“03!” seru pimpinan sidang.
“01!” serunya lagi.

Lontaran kata it uterus berulang sampai terhitung seluruh suara. 1 suara rusak, 14 suara untuk kandidat 03, dan 16 suara untuk kandidat 01. Hanya selisih dua suara, bisa dibilang perhitungan suara cukup sengit dan menegangkan. Tentu saja berdasarkan hasil voting Halilul Haqqi diberi tanggung jawab untuk menahkodai Sumberpost selama satu periode ke depan.

Selepas voting berlangsung, Halilul Haqqi atau akrap disapa Ulil pun diberi panggung untuk memberikan kata-kata sambutannya.

“Ulil nangis lil,” ucap Miftari memancing tawa yang lain.

“Ini saya gugup, sumpah, mengingat tanggungjawab yang begitu besar,” gelak tawa pun tidak terelakkan.

“Kalian kedepan yang akan membersamai saya dalam 2024-2025, dengan ini saya berharap kalian jangan ragu-ragu dan tetap bisa membersamai sampai akhir, tetap kompak kita semua,” tegasnya lebih lanjut.

Akhirnya tibalah giliranku untuk menyampaikan sepatah dua patah kata. Dimana aku juga berkesempatan untuk menyampaikan kebahagiaanku, pengalamanku, juga penyesalanku.

“Assalamu’alaikum” ucapku dengan suara cempreng karena mic lagi-lagi memancing gelak tawa seisi ruangan. Anggota sumberpost cukup receh.

Melihat suasana hening sejenak mengingatkanku pada mubes tahun lalu. Mubes saat aku terpilih menjadi pemimpin umum. Mubes hari itu diakhiri dengan uraian air mata, dan akhir mubes hari ini penuh dengan tawa. Walau memberi sensasi yang berbeda, tapi tetap merasakan kehangatan yang sama.

Inilah akhir karyaku untuk Sumberpost, tempat dimana aku mengeluarkan banyak tawa juga air mata sedih dan bahagia. Kuserahkan tanggungjawab ini kepada orang terpilih hari ini, Halilul Haqqi. []

Ditulis oleh Uly Rahmaty Pimpinan Umum Sumberpost periode 2023-2024.