puisi “Perantau” Ihsan Hasbi

Inilah daratan yang melunak

Kilauan doa membakarnya

Hanya mereka yang berusaha

Bisa lunturkan nestapa

 

Wajah terangkat

Kaki melangkah ratakan tanah

Entah sampai dimana akan berjejak

Kisah pencarian diri, berdikari

Melempar butir-butir saksi

 

Percayakan adil di penghujung senja

Aku jadi tahu, apa yang tak kutahu

Aku jadi mengerti, alasan yang tersembunyi

 

Banyak yang kulihat membuatku semakin tahu

Banyak yang ku dengar, banyak pula pengetahuanku

 

Aku dulunya buta, dihalau lalai, tersumbat perkiraan,

Ditakuti tantangan

Semua kuragukan, karena terlalu besar pertimbangan

Justru yang kuhindari adalah yang kucari

 

Meski dengan berjalan

Aku akan tetap terasing

Melihat jelalatan, dunia di luar sana

Begitu pun saat ini,

Anasir-anasir asing hanyalah nyamuk yang hinggap

Akan terbang bahkan mati dimana saja

 

Bukankah selama ini kita adalah perantau

Musafir yang berjalan menuju kematian

Bukankah yang kita cari selama ini adalah modal

Bekal asa sebelum kerugian terasa

 

Hanya perantau yang berjalan pada jalannya pastikan sampai

Siap dan dewasa tak bermanjakan riang sesaat

“Tiada kenikmatan kecuali sesudah kesusahan”,

Begitu ia menimpal

Bukan mereka yang goyah saat panas menyeringai

Karena itulah tirai, melerai hilir dan ngarai

Hingga benar, inilah sebuah perjalanan

 

Bawalah penunjuk arah

Berjalanlah, walau berputar

Ia takkan menyesatkanmu

Hanya jika engkau berpaling dan menyesatkan diri

Jangan salahkan ia

 

Wahai musafir, ingatlah!

Bagaimanapun fitrahmu adalah kebaikan

Entah kau kan berubah

Seiring gerak kaki menuntun,

menekur segala cerita yang tak sama

 

Namun hanya satu yang selalu sama

Tuhanku dan Tuhanmu hanyalah Allah semata

Penulis adalah Ikhsan Hasbi, Mahasiswa Jurusan UAF, IAIN Ar-Raniry