Omzet menurun, Nasib Pelaku Usaha Makanan di Tengah Pandemi

Sumberpost.com | Aceh Barat Daya – Berjualan ditengah pandemi bukanlah hal yang mudah, terbatasnya aktivitas di luar rumah membuat pedagang kesulitan mencari konsumen, terlebih lagi para pedagang yang memanfaatkan suatu bazar atau event dalam memasarkan dagangannya.

T. Fadil Alhafizh Umar misalnya, selaku bagian administrasi Aceh Food Fish Jelly ikut merasakan dampak dari adanya pandemi Covid-19. Aceh Food Fish Jelly sendiri merupakan sebuah rumah produsen makanan yang mengolah ikan untuk dijadikan berbagai makanan olahan dalam bentuk kemasan yang sudah dibekukan (Frozen), Aceh Food Fish Jelly ini terletak di Gampong Lampaseh, Banda Aceh.

Event atau Bazar yang membuat dagangannya banyak laku terjual kini jarang ditemukan sejak adanya imbauan untuk tetap beraktivitas dari rumah. Sehingga mengakibatkan pasarnya sepi akan konsumen dan berimbas kepada omzet yang ia peroleh perbulannya.

Omzet yang ia dapatkan sebelum dan sesudah pandemi mengalami perbedaan yang sangat signifikan. Sebelum pandemi, omzet yang didapat berkisar antara 10 hingga 15 juta perbulan, tetapi sejak adanya pandemi omzetnya turun hingga 50 persen.

“Dari awal bulan tahun 2020 omzetnya udah turun, puncaknya pada bulan oktober dan sekarang makin turun. Sebelumnya 10 sampai 15 juta tapi selama pandemi turun sampai 50 persen, terasa sekali perbedaannya,” kata Fadil saat dihubungi via WhatsApp, Rabu (17/2/2021).

Ia juga mengeluh dalam mencari konsumen di saat seperti ini, hingga memutuskan untuk menurunkan harga yang awalnya Rp 40.000/Pack menjadi Rp 17.000/Pack. Hal ini tentunya mempengaruhi banyaknya gaji karyawan. Fadil juga mengatakan sejak adanya pandemi Covid-19, tiga karyawannya resign dari tempat kerja.

Tidak hanya itu, rumah produksi Aceh Food Fish Jelly ini juga sering ditutup akibat kurangnya pesanan dari konsumen, semestinya dengan diturunkannya harga, diharapkan dapat menjadikan pasar lebih stabil.

“Kalau pernah tutup ya sering sih dari berapa bulan kita pernah sebulan itu dari Oktober cuma dua minggu masuk, dua minggu nya lagi tutup, kadang cuma seminggu malahan, karna gak bisa juga kita forsir karyawan untuk banyak kerja karna gajinya juga udah gak seberapa. Untuk bebannya juga kurang, dulu sampai 20 kilo kita kan mainnya, tapi sekarang cuma 10 kilo gitu,” ungkap Fadil.

Fadil menaruh harapan besar terhadap pemerintah agar dapat memberikan solusi yang tepat untuk memulihkan perekonomian para pedagang. Ia berharap agar pemerintah mendahulukan hal yang benar-benar urgent untuk kondisi saat ini.

Tidak hanya Fadil, dampak pandemi Covid-19 ini juga dirasakan oleh Azizah, kasir warung mie kocok Muthmainnah, Susoh, Aceh Barat Daya.

Mie kocok yang banyak diminati masyarakat baik dari dalam maupun luar daerah ini juga ikut mengalami penurunan omzet sejak adanya pandemi covid-19. Sebelum pandemi, mie kocok terlaris di Abdya ini memperoleh omzet 3 juta lebih perhari, namun setelah pandemi omzet yang didapat paling banyak hanya berkisar 2 juta perhari tergantung pelanggan yang datang.

Turunnya omzet mie kocok ini dapat dilihat dari persediaan kuah yang biasanya habis minimal dua dandang besar perhari, kini hanya sekitar satu setengah dandang perhari.

“Biasanya kalau hari-hari biasa ini sebelum pandemi minimal habis dua dandang kuah, tapi setelah pandemi satu setengah dandang kuah itu pun gak habis, paling banyak dua dandang,” kata Azizah.

Tidak hanya itu, sistem pembagian gaji karyawan pun ikut berubah. Sebelum pandemi, gaji karyawan dibagi setiap bulan sesuai dengan ketetapan diawal, namun sejak adanya pandemi pembagian gaji dihitung per persen. Kalau dulu gaji karyawan tetap, sekarang gaji yang diperoleh karyawan berubah-ubah dan sangat bergantung pada banyak nya pelanggan. Namun, jika pelanggan ramai keuntungan yang diperoleh akan sangat menguntungkan karyawan, sebaliknya ketika pelanggan sepi tentunya dapat mengancam gaji karyawan.

“Kalau menurut kakak, keuntungan sesudah pandemi ini lebih banyak ke kami (karyawan). Kalau lagi sepi dapatnya nanti sedikit, itu tergantung rezeki. Tapi kalau banyak, ramai, ya keuntungannya sama kami gitu kan, karna kan mulai ngambil persen,” jelasnya. []

Reporter : Widdatul Hasanah (mag)