Kisah Fathan, Balita Penderita Tumor Ganas

Sumberpost.com | Banda Aceh – Kondisi Muhammad Fathan kian hari bertambah parah. Seiring waktu berlalu, perutnya terus membesar hingga membuka kembali jahitan bekas belahan pada operasi pertamanya. Kini, belahan bekas operasi di perut Fathan tidak bisa ditutup lagi dengan jahitan.

Sebagai antisipasi agar isi perut Fathan tidak keluar, perutnya dibalut dengan kantong plastik. Perut Fathan terus membesar, kontras dengan kaki dan tangannya yang hanya dibalut kulit. Belakangan ia kehilangan nafsu makan, mengharuskan ia makan lewat selang dari hidung.

Hemogoblin (Hb) Fathan juga menurun dibawah batas normal, sekitar lima, mengharuskan Fathan transfusi darah. Balita satu tahun tersebut divonis tumor ganas. Sementara itu, dokter yang melakukan operasi pertama Fathan tidak berani mengangkat tumor tersebut dari perutnya, disebabkan tumor berada tepat dibelakang hati.

Selain itu, kamoterapi juga tidak bisa dilakukan karena kondisi kesehatan Fathan belum normal. Hingga saat ini, Fathan sudah menjalani dua kali operasi dan tiga kali ganti kantong plastik sejak ia masuk ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), Banda Aceh pada 18 Agustus 2015 lalu.

Khairiati, ibu Fathan menceritakan, mengetahui pertama kali ada kelainan ditubuh Fathan pada bulan Ramadhan 2015 lalu. Ketika ia sedang memandikan Fathan, tidak sengaja Khairiati mendapati benjolan kecil di perut anaknya.

“Pas mandi, kan raba di perutnya. Ada gembung sedikit, kirain masuk angin. Tapi setelah bawa ke puskesmas, gembung itu tidak juga kempis,” tutur Khairiati di RSUZA, Sabtu (17/10/2015) sore.

Semakin lama, benjolan di perut Fathan terus membesar. Pada Hari Raya Idul Adha 2015 lalu, Khairiati membawa Fathan ke Rumah Sakit Cut Mutia. Usai ronsen di rumah sakit tersebut, Fathan dikatakan terkena tumor dan harus segera mendapat perawatan. Seminggu kemudian, Fathan dirujuk ke RSUZA, Banda Aceh.

Operasi pertama dilakukan sebulan setelah ia menginap di RSUZA. Hal itu disebabkan karena kondisi kesehatan Fathan belum sepenuhnya baik. Pada 10 September 2015, Fathan menjalani operasi pertama.

Ketika itu, dokter RSUZA yang melakukan operasi belum mengetahui benar di mana letak tumor tersebut. Karena pada saat ronsen, dokter menduga tumor terletak di perut atau hati. Ketika dilakukan operasi pertama, baru diketahui tumor Fathan terletak pas di belakang hati.

“Kemudian dijahit kembali karena tumor tidak bisa diangkat,” kata Khairiati.

Namun, kian hari perut Fathan bertambah besar. Jahitan bekas operasi pertama yang terbuka kembali menyebabkan pendarahan di perutnya.

Operasi kedua dilakukan tepat pada hari ulang tahun pertama Fathan, 1 Oktober 2015. Usai operasi kedua dilakukan, belahan di perut Fathan tidak bisa ditutup kembali, sehingga harus dipasangkan kantong plastik di perutnya.

“Sekarang orang rumah sakit juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dokter cuma bilang kasih obat sama transfusi darah saja,” ujar Khairiati sedih.

Kesulitan Biaya

Sejak Fathan lahir, Khairiati serta ibunya, Syamsiah yang menyediakan seluruh kebutuhan Fathan. Khairiati hanya seorang janda tanpa pekerjaan. Sementara Syamsiah bekerja di sawah. Ayah Fathan, M. Nasir, menceraikan Khairiati ketika Fathan masih enam bulan dalam kandungan.

Kendati Nasir mengetahui kondisi Fathan di RSUZA, hingga Sabtu kemarin, belum sekalipun ia menjenguk anaknya. Nasir juga enggan meringankan biaya hidup Khairiati dan Syamsiah selama di Banda Aceh.

“Selama ini kami hidup pakai uang sendiri,” tutur Khairiati. Ia sendiri tinggal di Desa Keude Jungka Gajah, Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara.

Syamsiah pernah mendatangi keluarga M. Nasir, dengan tujuan meminta biaya selama Fathan sakit agar ditanggung bersama. Namun, keluarga Nasir merespon negatif. Dikatakan Khairiati, Nasir pernah menanyai keadaan Fathan melalui telepon.

Selama ini, ia juga belum menerima bantuan apapun dari pemerintah maupun dinas terkait. Melihat kondisi Khairiati saat ini, ia sangat membutuhkan uluran tangan masyarakat dan pemerintah untuk meringankan biaya hidupnya serta biaya pengobatan Fathan.

Ia baru menerima uluran tangan dari sanak saudara yang mengunjunginya beberapa waktu lalu, serta dari Children Cancer Care Comunity (C-Four). Khairiati mengharapkan bantuan sosial kepada pemerintah dan dinas terkait agar bisa meringankan bebannya selama ini, khususnya beban finansial.

Sementara itu, Ketua C-Four, Ratna berharap, agar pihak rumah sakit memberi tindakan yang cepat kepada pasien tumor atau kanker. Dikatakan Ratna, jika rumah sakit bisa memberi tindakan yang cepat, maka penyebaran kanker pada pasien bisa diobati.

“Jadi jangan sudah tahu kanker, kasih surat rujukan juga lama. kalau sudah parah, kan tidak banyak lagi tindakan yang bisa diperbuat,” kata Ratna.

Ia juga mengatakan, bagi masyarakat yang ingin menyumbang dana kepada pasien kanker melalui pihaknya, dapat mengirim dana ke rekening BRI C-Four, dengan nomor rekening 0037 01 04766 53 6 atas nama Children Cancer Care Comunity. []

Abd Hadi F | foto: Ratna