Ini Alasan Mengapa Banyak BEM Walk Out Saat Kongres di UTU

Sumberpost.com | Banda Aceh – Sejak Kongres Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se Aceh dibuka Wakil Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf pada Kamis (19/3/2015) lalu di Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Aceh Barat, kerap ditemui berbagai masalah. Mulai dari pelayanan hingga kegiatan yang sering melenceng dari schedule.

Hal itu di ungkap sejumlah BEM di Aceh saat menyatakan sikapnya terkait kongres di UTU, Senin (23/3/2015) sore, di Kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Diskusi yang di hadiri tidak kurang dari delapan BEM tersebut berlanjut di kantor Tabloid Modus.

Dalam kongres di UTU, dari 48 universitas yang tergabung dalam BEM se Aceh, hanya 27 BEM yang penuhi undangan untuk menghadiri kongres. Namun, 25 BEM yang hadir, menyatakan diri walk out dari kongres tersebut.

Beberapa alasan yang dijadikan sebab untuk walk out ialah pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan yang tertera pada undangan, terindikasi adanya unsur politik, panitia lalai, tidak kondusifnya sidang kongres, dan peserta sidang dinilai sudah tidak lagi mewakili Aceh karena sebagian sudah walk out.

“Mereka menghadirkan wagub yang sudah menyatakan akan naik lagi pada pemilu di tahun 2017, juga hadir Fakhurrazi, Abdullah Saleh, dan banyak politikus lainnya. Makanya kami merasa kongres kali ini ada kepentingan politiknya,” kata Fahmi, perwakilan BEM dari Universitas Abulyatama.

Fahmi khawatir apabila terbukti berpolitik, BEM se Aceh akan di nilai tidak lagi independen oleh masyarakat. BEM Universitas Abulyatama sendiri tidak mengirimkan perwakilannya pada kongres di UTU karena sudah mencium bau politik sejak awal.

Sementara itu,  Dewan Mahasiswa –biasa di sebut presiden mahasiswa- UIN Ar-Raniry Sayed Fuadi Fajar Ramadhan mengaku kecewa dengan pelayanan yang di berikan pihak panitia kongres UTU. Awalnya, Sayed mendapat informasi dari mahasiswa yang mewakili BEM UIN Ar-Raniry. Kabarnya, pelayanan yang di berikan tidak memuaskan dan tidak sesuai dengan biaya administrasi.

Sabtu (21/3/2015), Sayed bersama 4 rekannya berangkat ke kampus UTU. Ia terkejut melihat peserta tidur di musalla. Meski dalam undangan, tertulis bahwa peserta akan nginap di hotel.

Menurut Sayed, panitia terkesan lalai dan menelantarkan peserta. Lanjutnya, kegiatan yang semula dikatakan akan dilangsungkan di UTU, tidak sesuai dengan kegiatan kongres yang diadakan di Aula Balai Diklat Kantor BPKP Aceh Barat.

Hal serupa juga dikatakan Sekretaris Jendral BEM Unsyiah, Kaswindi. “Kami melihat saat kongres berlangsung, panitia seperti tidak memperhatikan ketentuan yang sudah dibuat, mulai dari penginapan, waktu, dan masih banyak yang lain,” ucapnya.

Selain itu, perwakilan BEM yang hadir dalam diskusi di kampus UIN dan kantor Tabloid Modus menegaskan tujuan mereka menghadiri kongres di UTU cuma satu, yaitu cuma untuk bersilaturrahmi. []

Abdul Hadi F, Ghaisya MZ