Gelar Aceh; Dari Tanoh Rencong Hingga Serambi Mekkah

Aceh terkenal dengan banyak sebutan, diantaranya Tanoh Rencong, Bumi Iskandar Muda, Daerah Modal, dan Serambi Mekkah. Banyak orang Aceh yang sekedar mengucapkan istilah-istilah tersebut, namun tidak tahu makna yang dikandungnya.

Gelar-gelar tersebut tak hanya sekedar sebutan. Ia mempunyai sejarah yang sudah sewajibnya diketahui oleh rakyat Aceh apalagi sebagai asoe lhok (keturunan asli) bumi Aceh ini.

Dikutip dari Buku Islam dan Sistem Pemerintahan di Aceh Masa Kerajaan Aceh Darussalam, karya Hasanuddin Yusuf Adan, berikut penjelasannya:

Gelar Tanoh Rencong disematkan pada Aceh karena rencong merupakan senjata khas yang hanya dimiliki oleh Aceh dari seluruh penjuru nusantara Indonesia, berbeda dengan keris yang hampir semua wilayah di Indonesia memilikinya.

Dengan rencong ini pula bangsa Aceh dapat mempertahankan Islam dari gangguan kaum kafir Eropa yang ingin menguasai nusantara. Rencong merupakan satu alat atau senjata yang dibuat dalam bentuk kalimat Bismillah yang konon memiliki makna dan khasiat tertentu.

Aceh adalah Bumi Iskandar Muda. Karena pada masa Iskandar Muda lah kerajaan serta Islam jaya raya hingga terkenal keseluruh penjuru dunia. Dialah raja Aceh yang mampu menaklukkan lebih dari separuh Pulau Sumatera dan semenanjung Malaysia dan menyebarkan agama Islam.

Gelar selanjutnya adalah Daerah Modal. Disematkan pada Aceh karena keberhasilan mempertahankan kemerdekaannya disaat Indonesia ditaklukkan Belanda dalam agresi militer pertama dan kedua pada tahun 1947 dan 1948. Aceh jugalah yang menyiarkan berita melalui Radio Rimba Raya keseluruh pelosok negeri guna membantah pernyataan Belanda yang mengatakan bahwa Indonesia sudah ditaklukkan kembali.

Dan terakhir Aceh juga menyumbangkan dua pesawat terbang pertama kepada Indonesia sebagai cikal bakal lahirnya Garuda Indonesia Airways (GIA).

Terakhir yang sangat fenomenal adalah sebutan Serambi Mekkah. Gelar ini diperoleh karena beberapa alasan, yaitu Aceh merupakan tempat pertama masuknya Islam di nusantara dan Kepulauan Melayu serta berhasil mengembangkan Islam di Asia Tenggara.

Kedua, Aceh memiliki ulama-ulama besar yang bertaraf antarbangsa, seperti Abdul Rauf As-Singkili dan Nuruddin Ar-Raniry. Aceh juga pernah menjadi tempat berkumpul jamaah haji dari berbagai wilayah diluar Aceh sebelum berangkat ke Mekkah.

Buya Hamka memuji dan mengakui bahwa Aceh memang memiliki banyak ulama dimasa silam, baik ulama-ulama tempatan maupun ulama-ulama yang berasal dari luar, seperti dari Arab, Persia dan India.

Gelar Serambi Mekkah menurut catatan Nuruddin Ar-raniry dalam kitabnya Bustanussalatin telah wujud sebelum pemerintahan Ratu Safiatuddin.

Penulis bernama Khayatul Wardani, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry.

ilustrasi: internet