BEM Unsyiah Minta Disdik Batalkan Videotron

Sumberpost.com | Banda Aceh – Belasan mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsyiah menyatakan sikap menolak program pengadaan videotron yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh. Aksi unjuk rasa itu digelar di Kantor Disdik Aceh, Senin (18/07/2016).

BEM Unsyiah menilai, pengadaan videotron yang akan menghabiskan dana Rp. 8,5 miliar tidak sepadan dengan manfaat dan pengaruhnya terhadap kemajuan pendidikan di Aceh. Karena di sisi lain, pendidikan masyarakat Aceh di pedalaman masih memprihatinkan dari segi fasilitas, akses, dan guru.

Menurut Ketua BEM Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah, Sibghatullah Arrasyid, lebih baik uang pengadaan videotron itu dipakai untuk memperbaiki sekolah di pedalaman. ia tidak habis pikir, videotron yang ada di Banda Aceh saja, menurutnya belum efektif menyiarkan informasi, seperti videotron di simpang Lamprit.

Mahasiswa yang melakukan unjuk rasa ini tiba di Kantor Dinas Pendidikan Aceh sekira pukul 09.30 WIB. Setelah berorasi, mahasiswa meminta Kadisdik Aceh, Hasanuddin Darjo keluar kantor menemui mahasiswa.

Namun hingga pukul 10.00 WIB, Darjo belum muncul dihadapan mahasiswa. Selagi menunggu Kadisdik Aceh, mahasiswa berorasi secara bergantian.

Tiara Sucia salah satunya. Mahasiswi dari BEM Unsyiah ini berorasi tentang kondisi pendidikan di pedalaman Aceh yang masih membutuhkan banyak perbaikan. Ia berbicara melalui pengeras suara dihadapan pejabat Dinas Pendidikan Aceh. Tersirat emosi dalam kata-kata Tiara.

“Kenapa uang miliaran rupiah itu tidak digunakan untuk memfasilitasi pendidikan di daerah pedalaman Aceh. Di Aceh Besar, Aceh Utara, masih banyak yang perlu diperbaiki akses pendidikan dan diberi fasilitas sekolah,” teriak Tiara seraya meneteskan air mata.

Ia mengatakan, masih banyak anak-anak di desa yang butuh pendidikan layak. Mungkin saja, videotron berguna untuk anak kota, tapi tidak untuk pelajar di desa, ujar Tiara.

Ia menyanyangkan uang Rp. 8,5 miliar dipakai untuk membeli lima unit video digital yang akan dipasang di lima kabupaten/kota di Aceh ini. Per unitnya, videotron yang akan dibeli seharga Rp. 1,7 miliar. Uang sebanyak itu, menurutnya, lebih baik digunakan untuk kebutuhan utama pendidikan.

Sarat Kepentingan

Sementara itu, Ketua BEM Unsyiah, Hasrizal dalam wawancara dengan wartawan secara tegas menolak pengadaan videotron. Ia berharap pengadaan videotron diganti dengan program lain yang bisa majukan pendidikan Aceh.

Hasrizal berasumsi, pengadaan videotron oleh Dinas Pendidikan Aceh senilai Rp. 8,5 miliar, sarat kepentingan pribadi. Menurutnya, jika Disdik Aceh peduli dengan rakyat, tidak mungkin meminta videotron dengan anggaran yang besar. Karena masih banyak yang perlu dibenahi untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

“Masih banyak sekolah berdinding kayu maka kami tidak setuju dengan program Pak Darjo. Realisasi pendidikan Aceh belum memadai. Dan program ini kenapa di akhir masa jabatan,” ujar Hasrizal.

Hasrizal menuturkan, pemerintah harus mengedepankan kebutuhan untuk majukan pendidikan di Aceh, jangan lebih mengedepankan keinginan. Ia berharap, berharap Dinas Pendidikan Aceh bisa membuat program yang bisa mengembangkan pendidikan.

“Kami mendesak videotron dibatalkan dan diganti dengan program yang bisa menyelesaikan masalah pendidikan. Disdik bukan dinas informasi, pencitraan, dan kenapa publikasi lebih penting dari memajukan pendidikan,” tandasnya.

Sebelumnya, Disdik Aceh berencana merealisasi pengadaan lima videotron senilai Rp. 8,5 miliar yang akan dipasang di Aceh Besar, Pidie, Aceh Tamiang, Aceh Barat, dan Kota Subulussalam. Sementara dana yang digunakan ialah APBA 2016. []

Abd Hadi F