Mahasiswa BSA UIN Praktikum Filologi ke Pijay

Sumberpost.com | Banda Aceh – Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry melaksanakan praktikum Filologi ke Pedir Museum, Lueng Putu, Pidie Jaya pada Sabtu (28/10/2017).

Pedir Museum merupakan rumah pribadi keluarga Masykur Syafruddin, kolektor muda naskah kuno Aceh yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester V Prodi SKI UIN Ar-Raniry.

Praktikum ini merupakan agenda rutin Prodi Bahasa dan Sastra Arab pada setiap semester ganjil, dengan lokasi penelitian yang berbeda-beda setiap tahunnya.

Tahun lalu, praktikum dilakukan ke Awee Geutah, Kabupaten Aceh Utara.

Praktikum ini dilakukan untuk mendata naskah yang ada dalam lembaga ataupun masyarakat yang memiliki koleksi manuskrip tulisan tangan, baik itu naskah berbahasa Aceh, Melayu dan Arab.

Pedir Museum menyimpan lebih 400 naskah, yang terdiri dari bermacam-macam pembahasan, baik astronomi, fikh, tasawuf, nahu, mujarabah dan lain-lain.

Menurut pendataan, manuskrip koleksi Pedir Museum ada yang ditulis pada abad ke-17 sampai 19. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan bahan atau alas naskah yang digunakan untuk menulis manuskrip tersebut yaitu kertas Eropa abad 17.

Di bawah bimbingan Nurdin, AR dan dua dosen filologi lainnya, yaitu Chairunnisa Ahsana dan Istiqamatunnisak, para mahasiswa dilatih mengkaji naskah dengan menggunakan pendekatan dan metode filologi.

Bahkan, mereka juga dilatih bagaimana cara merawat naskah agar tetap awet.

Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan tidak hanya terpaku pada identifikasi, deskripsi dan investarisasi naskah, tetapi juga mendalami isi manuskripnya secara lebih lanjut, guna memahami naskah secara lebih luas lagi.

Istiqamatunnisak, salah seorang dosen pemimbing berharap adanya kepedulian dari pemerintah terhadap naskah-naskah yang ada di Aceh umumnya dan Pedir Museum khususnya.

Perhatian yang dimaksud yaitu berupa bantuan biaya maupun bantuan digitalisasi untuk penyelamatan naskah agar usia naskahnya bertahan lama.

“Dikarenakan tidak ada ruangan khusus seperti AC untuk melindungi manuskrip-manuskrip yang ada di Pedir Museum tersebut, sedangkan Manuskrip membutuhkan suhu yang cukup untuk ketahanan naskahnya,” kata Istiqamatunnisak. [Rilis]