Kuliah Online dalam Keadaan Pandemi COVID-19, Efektifkah?

Menyikapi mewabahnya virus corona yang menyebabkan penyakit bernama Covid-19, sejumlah Universitas di Indonesia mulai memberlakukan kuliah jarak jauh dengan sistem dalam jaringan (daring). Langkah ini dilakukan sebagai upaya jarak sosial (social distancing) untuk mengantisipasi penularan virus.

Kuliah jarak jauh pada dasarnya mudah karena dapat dilakukan dimana saja, bahkan saat melakukan pekerjaan lain. Asalkan terhubung ke jaringan internet. Meskipun demikian, ternyata kuliah online di Indonesia tidak melulu sesuai ekspektasi.

Realita yang dihadapi oleh mahasiswa kini menjadi keluhan untuk sebagian mereka hampir di setiap sosial media.

Instruksi untuk mengalihkan perkuliahan memang sudah diterima sejak 16 Maret lalu. Sebagian dosen kemudian mencari media alternatif yang mudah digunakan, seperti tetap menggunakan WhatsApp Group (WAG) sebagai media belajar, serta ada pula yang menggunakan ruang kuliah non fisik trobosan Google.

Kelas daring dibuka bisa sesuai seperti jam mata kuliah normal, atau bahkan dipercepat. Satu per satu siswa juga dicek kehadirannya.

Dengan metode seperti ini, kebanyakan dosen meminta mahasiswanya untuk dapat berinteraksi secara aktif dengan berdiskusi.

Walaupun begitu, masih banyak juga dosen yang mengutamakan tugas ketimbang memberi materi. Seperti komentar dari beberapa mahasiswa di Questions Box Instagram Story milik Sumberpost, Selasa (24/3/2020). Beberapa diantaranya menyebutkan, dosen salah kaprah dalam memahami kuliah online.

“Kurang efektif, ada beberapa dosen salah kaprah tentang kuliah online, no tugas no absen LOL,” tulis akun bernama @yukiansputri.

Sebagian lagi juga menyebutkan semua materi harus dibaca dan dipahami sendiri.

“Baca buku sendiri, pahami sendiri. Bagusnya kasih nilai sendiri juga kan min?,” sebut akun @cutdellarz.

Ini reaksi netizen terkait kuliah online.

Belum lagi beberapa tugas yang diberikan biasanya dibatasi waktu dengan deadline yang terbilang super cepat.

“Kurang baik min 😭 tugas menumpuk dengan deadlinenya yang super duper cepat 😂,” sebut akun bernama @rachmafrany.

Tak hanya sampai di situ. Kuliah online kerap menjadi keluhan sebagian mahasiswa lantaran sifatnya yang membutuhkan jaringan internet. Beberapa di antara mereka terkendala mulai dari jaringan yang tidak stabil hingga borosnya penggunaan paket internet.

“Menurut saya kurang efektif, belum lagi kendala di jaringan,” kata @elly_runny21.

Di tengah industri revolusi 4.0, kuliah daring memang seharusnya tidak asing lagi. Namun faktanya, di Indonesia kuliah daring dalam pengaplikasiannya sangat jauh berbeda dengan negara lain.

Lagi-lagi kebanyakan mahasiswa berharap tetap mendapat materi meskipun perkuliahan dilakukan secara daring. Misalnya, salah satu mahasiswa Perguruan Tinggi di Bogor, Muzayyin yang memutuskan kembali ke kampung halaman setelah adanya instruksi perkuliahan dilakukan secara daring, menyebutkan, dosen pengampu matakuliah hanya memberi modul tanpa bimbingan.

“Ada, terkadang dosen cuma kasih modul suruh baca sendiri tanpa ada bimbingan dari dosen yang bersangkutan sebagai pengampu mata kuliah tersebut,” katanya, Rabu (25/3/2020).

Tak hanya itu. Sekalipun pengaplikasiannya hampir maksimal. Kuliah daring juga mempersulit beberapa mahasiswa lain yang kesehariannya belajar menggunakan program. Hal ini menjadi kendala ketika program yang dijalankan belum mereka pahami.

Mahasiswa Program Studi Arsitektur UIN Ar-Raniry, Fitriana mengatakan, kuliah daring memang adakalanya dapat berjalan lancar ada kalanya tidak. Menurut Fitri, kuliah daring dapat menjadi ribet ketika materi yang dimaksud menggunakan program.

“Kalau misalkan mata kuliah studio. Yang studio digital, itu pakai progam. Misalkan sudah dikasih arahan, sudah kita ikutin juga. Tapi sama kita ada yang tidak sesuai, di situ susahnya. Kita enggak bisa leluasa bertanya seperti ketika tatap muka,” katanya.

Belum lagi menurutnya, dengan kuliah daring, mahasiswa merasa canggung ketika ada hal yang ingin ditanyakan. Jauh berbanding terbalik ketika kuliah tatap muka.

“Ya ribetnya kalau nanti ujian, atau ketika mau komunikasi dengan dosen. Ya tau sendirilah kan, kalau komunikasi sama dosen lewat handphone banyak hal yang harus dipertimbangkan, harus sopan. Kalau tatap muka bukan berarti gak sopan. Tapi lebih bisa menjadikan dosen seperti teman diskusi juga,” ujarnya.

Meskipun begitu, keadaan ini memang menjadi tantangan tersendiri untuk mahasiswa dan beberapa kalangan dosen. Terutama dalam merumuskan metode yang tepat untuk perkuliahan jarak jauh. Walaupun begitu, kita semua tentu berharap situasi ini dapat segera diatasi dan kembali normal.[]

Penulis : Cut Salma H.A