Menganyam, Tradisi yang Mulai Hilang Digilas Zaman

Sumberpost.com|Gayo Lues – Menganyam tikar merupakan salah satu kegiatan atau tradisi yang sering dikerjakan oleh perempuan-perempuan Gayo Lues sejak zaman sebelum mereka mengenal modernisasi. Banyak di antara mereka memilih membuat kerajinan anyam ini untuk mengisi waktu luang.

Bahan utama yang digunakan untuk membuat kerajinan anyam biasanya dibuat dari daun pandan berduri. Bukan hanya tikar yang dapat dihasilkan dari kegiatan ini, melainkan kerajinan lain seperti tape (tempat beras) dan juga tikar kecil yang biasa digunakan sebagai alas untuk sajadah saat melaksanakan shalat.

Namun sangat disayangkan, pada saat ini sudah sangat jarang ditemukan wanita-wanita yang duduk berpangkukan anyaman sembari merakit dan menyilangkan irisan daun pandan. Ini dibuat menjadi helaian panjang yang selanjutnya direbus, dihaluskan dan juga telah dibubuhi pewarna guna mempercantik hasil karyanya nanti.

Sulasmi, salah satu wanita berusia 76 tahun yang masih melestarikan tikar anyam yang ada di Gayo Lues hingga saat ini.

“Kerjaan saya cuma menganyam setiap hari, kalau pergi berkebun sudah tidak sanggup karena sudah tua,” ungkapnya sembari tertawa kecil selagi tangannya menyilangkan satu persatu helaian daun pandan itu ke dalam jalinan helaian yang lain, Senin (26/10/2020).

Menurut penuturannya, banyak orang-orang saat ini yang sudah tidak menganyam lagi.

“Sudah sangat jarang saat ini orang-orang menganyam, di kampung saya sepertinya cuma saya yang masih membuat tikar anyaman ini,” ungkapnya.

Salah satu tradisi di Gayo Lues ketika melaksanakan acara pernikahan adalah menyiapkan tikar anyam, tape dan juga tikar kecil anyam sebagai salah satu tempah (perlengkapan rumah tangga) yang akan diberikan dari pihak keluarga pengantin perempuan kepada pihak keluarga pengantin laki-laki nantinya.

“karena disini masih banyak yang memerlukan tikar anyam, jadi dari pada nggak ada usaha, lebih baik buat tikar anyam ini,” ujar sulasmi.

Ia menyebutkan, menganyam bisa memakan waktu hingga seminggu ketika tidak ada pekerjaan lain yang harus dikerjakan. Biasanya tikar anyam akan dihargai 200 ribu sampai 250 ribu tergantung ukurannya, sedangkan tikar anyam kecil dihargai 70 atau 75 ribu. Tetapi saat ini kebanyakan orang sudah beralih menggunakan tikar plastik ketimbang tikar anyam yang lebih ramah lingkungan.
Harga tikar anyam dan tikar plastik relatif memiliki harga yang sama, tetapi tikar anyam lebih unggul ketika digunakan pada suhu yang dingin. Ketika mengunakan tikar anyam maka rasa dingin yang ada pada lantai tidak akan tembus saat digunakan.

“Jika kita tidur, kita tidak perlu menggunakan alas lagi di atas tikar anyam itu, kerena tikar anyam lebih hangat ketimbang tikar palstik saat digunakan untuk tidur,” jelas sulasmi.

“Dulu waktu tidak ada kerjaan, kami perempuan-perempuan sudah duduk berjejer untuk menganyam bersama sambil cerita, sekarang sudah tidak ada lagi teman cerita,” tutupnya. []

Reporter: Rama Fitranisa

Editor: Cut Della Razaqna